Tidak ada yang turun selamanya, seperti yang mereka katakan
London (ANTARA) - Harga minyak naik tipis pada perdagangan terakhir Senin (Selasa pagi WIB), karena kekhawatiran kejatuhan ekonomi dari wabah virus corona diimbangi oleh harapan potensi penurunan produksi dari produsen utama dapat memperketat pasokan minyak mentah global.

Minyak mentah berjangka Brent naik tipis 27 sen menjadi diperdagangkan di 57,59 dolar AS per barel pada pukul 12.55 sore waktu setempat (17.55 GMT) setelah naik 5,2 persen minggu lalu, kenaikan mingguan terbesar sejak September 2019.

Baca juga: Minyak naik ditopang harapan permintaan akan pulih dari efek corona


Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 23 sen menjadi 52,28 dolar AS per barel, setelah mencatat kenaikan 3,4 persen minggu lalu.

Volume perdagangan naik tipis karena liburan Hari Presiden AS.

"Tidak ada yang turun selamanya, seperti yang mereka katakan, dan minyak tampak akhirnya menyingkirkan rasa tidak enak yang bearish," kata Stephen Brennock dari broker minyak PVM.

“Kecemasan virus diletakkan di prioritas bawah. Investor menyambut langkah-langkah stimulus dari bank sentral China ... sentimen diberi sentakan dukungan oleh ekspektasi respons pasokan dari aliansi produsen OPEC+."

​​​​Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pekan lalu virus itu akan menyebabkan permintaan minyak turun 435.000 barel per hari (bph) tahun ke tahun di kuartal pertama, dalam apa yang akan menjadi penurunan kuartal pertama sejak krisis keuangan di 2009.

Minyak naik pekan lalu untuk pertama kalinya sejak awal Januari di tengah optimisme bahwa langkah-langkah stimulus ekonomi China dapat mengarah pada pemulihan permintaan minyak di negara pengimpor terbesar di dunia itu.

Baca juga: Harga minyak naik ditopang prospek penurunan produksi OPEC+


Ada beberapa indikasi permintaan yang cepat untuk minyak ketika pasar berjangka Brent penyerahan bulan depan telah bergeser ke backwardation, ketika harga jangka pendek lebih tinggi daripada harga tanggal kemudian, dari sebuah contango -- biaya tambahan pada kuotasi yang dibebankan oleh penjual di pasar berjangka atas keterlambatan dalam menyelesaikan transaksi.

Investor juga mengantisipasi bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, akan menyetujui proposal untuk memperdalam pengurangan produksi guna memperketat pasokan global dan mendukung harga.

Kelompok, yang dikenal sebagai OPEC+, memiliki perjanjian untuk memangkas produksi minyak sebesar 1,7 juta barel per hari hingga akhir Maret.

Komite teknis awal bulan ini merekomendasikan kelompok untuk mengurangi produksi sebanyak 600.000 barel per hari karena dampak virus corona, meskipun kenaikan harga minyak pertama kali sejak awal Januari pada Jumat (14/2/2020) dapat membuat produsen agak menahan diri.

"Kekuatan yang lebih baru yang kita lihat di pasar juga dapat membuat OPEC+ puas ketika datang untuk mengambil tindakan," kata ING dalam sebuah catatan.

“Setelah kelompok gagal untuk memajukan pertemuan yang semula dijadwalkan awal Maret. Dan jika pasar berkonsolidasi di sekitar posisi saat ini, OPEC+ mungkin melihat sedikit kebutuhan untuk mempercepat keputusan."

Baca juga: Harga minyak naik didukung harapan permintaan China segera pulih
 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020