Padang, (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang, Sumatera Barat, menenggarai telah terjadi kerusakan hutan di hulu sungai yang ada di kota itu merujuk kepada sejumlah indikator dan temuan.

"Sungai yang ada di Padang kalau musim hujan debit airnya tinggi dan warna air keruh, namun lima hari setelah itu debit air akan surut, ini indikasi terjadi kerusakan hutan di hulu," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang Mairizon di Padang, Rabu.

Menurut dia, kendati pengawasan dan pengelolaan hutan adalah kewenangan provinsi namun pihaknya berinisiatif melakukan pembinaan kepada masyarakat yang bermukim di pinggir hutan.

"Kami sudah melakukan supervisi dan akan dilakukan penanaman pohon di daerah itu tapi bukan yang menghasilkan kayu melainkan buah seperti jengkol, durian, petai dan lainnya," kata dia.

Baca juga: Hulu Sungai Selatan "surga" tanaman bambu

Baca juga: Butuh Rp200 triliun benahi DAS kritis

Baca juga: Kebakaran lahan di Hulu Sungai Selatan meluas


Ia menyampaikan sengaja dipilih pohon buah karena jika hasilnya kayu jika sudah besar akan segera ditebang kembali oleh masyarakat.

Mairizon mengatakan hingga saat ini pihaknya sudah mengirim surat ke sejumlah perusahaan di Padang agar dana CSR juga dialokasikan untuk pembinaan masyarakat di pinggir hutan berupa anggaran pemeliharaan.

"Untuk bibit pohon akan diminta kepada Balai Wilayah Sungai," katanya.

Ia menyampaikan pengelolaan lingkungan bukan hanya kewajiban pemerintah saja tapi juga masyarakat sebagai penghuni bumi.

Pengelolaan lingkungan harus dimulai dari hulu ke hilir mulai dari sumber hingga dampak harus dikelola dengan baik, katanya.

Ia menambahkan kalau mengelola dampak saja maka bisa jadi budak dampak, oleh sebab itu juga perlu pengelolaan dari hulu berupa regulasi.

Kota Padang dilalui empat sungai besar yaitu Batang Arau, Batang Kuranji, Batang Kandis, dan Batang Baringin.

Selain persoalan kerusakan di hulu salah satu masalah yang juga kerap terjadi di Padang adalah usai hujan deras terjadi penumpukan sampah di Muara dan Pantai Padang.

"Ini disebabkan karena kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai dan solusi jangka pendek adalah membuat kubus apung di sungai yang lokasinya sebelum muara," kata dia.

Ia menceritakan, sebelumnya pada Januari, usai hujan deras terdapat puluhan ton sampah menumpuk di Pantai Padang yang harus diangkut 100 truk.*

Baca juga: Hulu anak sungai Citarum terancam

Baca juga: 1.000 hektare kawasan hulu Citarum beralih fungsi

Baca juga: Pemulihan hulu Citarum akan berkaca pada Hutan Amazon

Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020