Saya sendiri orang Belanda nggak pernah bertemu raja saya di istananya secara langsung
Den Haag (ANTARA) - Rabu pagi, 19 Februari 2020, menjadi momen spesial dan bersejarah bagi delapan orang jurnalis Indonesia peserta Program Kunjungan Media Kementerian Luar Negeri Belanda. Pada pagi itu, mereka diterima Raja Willem-Alexander.

Pertemuan dengan raja yang naik tahta menggantikan ibundanya, Ratu Beaxtrix, pada 30 April 2013 ini berlangsung di Ruang Putti Istana Noordeinde, Den Haag, dari pukul 10.26 sampai 10.48 waktu setempat.

Kedelapan wartawan Indonesia yang diterima Raja Willem Alexander di ruangan bercorak merah dengan mitologi anak di dindingnya itu adalah Duwi Setiya Ariyanti (Bisnis Indonesia), Teatrika Handiko Putri (IDNTimes), dan Yuliasri Perdani (Jakarta Post).

Seterusnya Kris Razianto Mada (Kompas), dan Ananda Wardhiati Teresia (Kumparan), Yandhrie Arvian (Tempo), Rahmad Nasution (ANTARA), dan Haufan Hasyim Selengke (Media Indonesia).

Turut bersama mereka Monique Boon-Habets, manajer proyek misi RVO.nl yang bekerja atas nama Kementerian Luar Negeri Belanda, dan Andri Astarisanna, staf Kedubes Belanda di Jakarta.

Sebelum diterima raja di depan pintu masuk ruangan di istana yang biasa menjadi tempat Raja Willem-Alexander menerima surat kredensial duta-duta besar asing di Belanda, rombongan jurnalis Indonesia itu harus melewati beberapa aturan protokoler.

Aturan protokoler itu sudah dirasakan sejak sebelum diizinkan memasuki area dalam istana. Mengikuti arahan aparat keamanan istana, para jurnalis dan dua orang petugas yang mendampingi mereka memasuki kantor keamanan untuk diregistrasi.

Satu per satu memberikan paspor mereka untuk dicocokkan dengan nama-nama yang ada dalam daftar yang dipegang aparat keamanan istana. Setelah semuanya terverifikasi, mereka kemudian diizinkan untuk memasuki area dalam istana.

Baca juga: Raja Belanda dihadiahi ulos
Baca juga: Cara Belanda selamatkan Jakarta


Memasuki selasar istana, rombongan disambut oleh seorang petugas berpakaian safari untuk diarahkan ke sebuah ruang tunggu berinterior indah dengan dinding berhiaskan beberapa lukisan anggota kerajaan.

Setelah sekitar 10 menit menunggu, seorang petugas kembali menghampiri rombongan jurnalis yang pada pagi itu tampil dengan batik dan pakaian resmi.

Mereka diarahkan ke sebuah ruangan lain di mana telah ada lima orang pejabat dalam istana dan divisi komunikasi Pemerintah Belanda menanti.

Setelah saling bersalaman dan mengenalkan diri, dua dari tiga orang pejabat dalam istana itu memberikan penjelasan tentang latar belakang sejarah, aturan protokoler istana, serta program kunjungan raja ke Indonesia.

"Jangan lupa menyebut 'your majesty' sebelum berbicara atau menyampaikan pertanyaan kepada raja," kata salah seorang petugas istana mengingatkan semuanya.
Rombongan wartawan Indonesia berfoto bersama dengan Raja Willem-Alexander di Ruang Putti Istana Kerajaan Belanda Noordeinde pada 20 Febuari 2020. (ANTARA/HO Monique Boon-Habets)


Setelah penjelasan dianggap cukup, pejabat dalam istana mendampingi rombongan jurnalis Indonesia itu menuju Ruang Putti di mana Raja Willem-Alexander telah bersiap menyambut tamunya.

Raja Willem-Alexander menyambut hangat dan menyalami satu per satu wartawan Indonesia tersebut. Kemudian, beliau bersama beberapa pejabat yang mendampinginya memasuki ruang pertemuan istana yang dihiasi taman dan pepohonan nan rindang itu.

Acara resmi pertemuan dengan Raja Willem-Alexander yang diisi dengan tanya-jawab sesuai dengan daftar pertanyaan yang sebelumnya telah dimintakan Kementerian Luar Negeri Belanda itu pun dimulai.

Bagi warga Belanda sendiri, bertemu Raja Willem-Alexander secara langsung di salah satu ruangan di dalam istana yang pernah didiami Raja William I seusai diperbaiki tahun 1815 itu merupakan kesempatan yang langka.

Setidaknya itulah yang disampaikan Bert Keesman dan Dennis Zegers, dua warga Belanda yang ditemui dalam satu acara yang membahas keunggulan Belanda dalam ekonomi sirkular di markas industri pengolahan sampah NV Afvalzorg Holding.

"Saya sendiri orang Belanda nggak pernah bertemu raja saya di istananya secara langsung," kata Bert Keesman yang bekerja untuk MetaSus. "Paling saya melihat raja dari jauh," kata Dennis Zegers, sejawat Keesman, menimpali.

Dalam pertemuan yang berlangsung kurang dari setengah jam itu, raja yang merupakan cucu pertama Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard ini bersedia menjawab semua pertanyaan para jurnalis yang menjadi tamunya pada Rabu pagi itu.

Raja yang terlahir dengan nama lengkap Willem-Alexander Claus George Ferdinand dan pernah meniti karir kemiliteran di angkatan bersenjata negaranya ini mengatakan dia senang bisa kembali mengunjungi Indonesia pada Maret nanti.

Sebelumnya, ayah tiga orang puteri dari pernikahannya dengan Ratu Maxima ini telah pernah mengunjungi Indonesia, termasuk Yogyakarta yang menurutnya merupakan kota yang memiliki kedudukan sangat penting dalam sejarah negeri itu.

Yogyakarta sendiri masuk dalam agenda kunjungan kenegaraannya pada 10-13 Maret 2020. Raja kelahiran 27 April 1967 yang lulus dari jurusan sejarah dari Universitas Leiden ini akan berada di kota itu pada 11 Maret atau hari kedua kunjungannya.

Selama di kota itu, sejumlah agenda terjadwal pun sudah menantinya. Di antaranya adalah bertemu Sultan Hamengkubuwono X di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat serta mengunjungi kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Candi Prambanan.

Di kota yang lekat dengan jejak sejarah perjuangan panjang Kemerdekaan Indonesia di era kolonial dahulu, Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima pun akan mengikuti diskusi tentang peluang dan tantangan para pebisnis Belanda di Indonesia.

Keduanya juga akan mengunjungi satu kampung di Yogyakarta yang berhasil memanfaatkan Internet untuk pemberdayaan ekonomi warganya. Raja Willem-Alexander memandang kunjungannya pada Maret itu berorientasi pada masa depan.

Dalam kunjungannya ke kawasan Danau Toba yang dijadwalkan pada 13 Maret, semangat membawa hubungan Belanda dan Indonesia menuju era gemilang di masa depan itu pun begitu terasa.

Raja Willem-Alexander menggarisbawahi pentingnya "eco-tourism" atau pariwisata berkelanjutan saat ditanyakan tentang rencana kunjungannya ke destinasi wisata andalan Sumatera Utara yang telah pernah dikunjunginya bersama ayahnya pada 1990-an itu.

Dia pun mendorong Belanda dan Indonesia agar bekerja sama dalam mendukung terwujudnya pariwisata ramah lingkungan karena keberlanjutan dan stabilitas tidak hanya penting tapi, lebih dari itu, juga merupakan tanggung jawab bersama semua orang.

Dalam pertemuan dengan para jurnalis Indonesia itu, Raja Willem-Alexander pun sempat ditanya tentang hobinya menerbangkan pesawat dan perihal makanan dan minuman khas Indonesia apa yang dia ingin cicipi saat mengunjungi Indonesia nanti.

Menjawab soal makanan dan minuman, Raja Willem-Alexander sempat menyinggung tentang pengalamannya bertugas di kapal angkatan laut negaranya sehingga soal makanan dan minuman khas Indonesia itu bergantung pada apa yang disajikan tuan rumah.

Raja Willem-Alexander mengatakan semua kunjungan yang pernah dia lakukan ke Indonesia sebelumnya sangatlah berkesan, dan ayah dari Catharina-Amalia Beatrix Carmen Victoria, Alexia Juliana Marcela Laurentien, dan Ariane Wilhelmina Máxima Inés ini pun sangat menanti momen kunjungannya Maret nanti dengan antusias.

Baca juga: Belanda gandeng ITS sebagai mitra institusi pendidikan maritim
Baca juga: Raja dan Ratu Belanda kunjungi Indonesia pada 10-13 Maret

Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020