Menurunnya tingkat suku bunga ini diharapkan akan lebih mudah bagi bank dalam memberikan pinjaman
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan menilai langkah Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga acuan dapat menjadi stimulus untuk mendorong kinerja perekonomian.

Pingkan dalam pernyataan di Jakarta, Senin, mengatakan penguatan ketahanan ekonomi dalam negeri menjadi penting karena tekanan global belum sepenuhnya reda terutama setelah adanya virus corona.

"Menurunnya tingkat suku bunga ini diharapkan akan lebih mudah bagi bank dalam memberikan pinjaman sekaligus membantu mendorong pertumbuhan sektor usaha di tengah masyarakat serta mendukung kondusivitas iklim berusaha," katanya.

Baca juga: Suku bunga acuan turun, momentum perbankan tekan bunga kredit

Ia mengharapkan penurunan suku bunga acuan BI ini dapat memicu pertumbuhan kredit serta menjaga tingkat konsumsi domestik sehingga ketahanan ekonomi nasional tidak terdampak oleh efek wabah corona yang diperkirakan dapat memperlemah kondisi global.

"Merebaknya kasus Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di China hingga beberapa negara di dunia pada awal tahun 2020 ini dirasa dapat menunda pemulihan pertumbuhan ekonomi serta tidak menutup kemungkinan untuk menyeret kembali perlambatan perekonomian global," ujarnya.

Sebelumnya, Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebanyak 25 basis poin menjadi sebesar 4,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur periode 19-20 Februari 2020.

Bank Indonesia juga memutuskan untuk menurunkan suku bunga deposit facility dan lending facility sebesar 25 basis poin masing-masing menjadi 4,00 persen dan 5,50 persen.

Penurunan ini merupakan yang pertama kali setelah bank sentral mempertahankan suku bunga acuan sebesar lima persen selama empat bulan berturut-turut atau sejak Oktober 2019.

Dalam kesempatan ini, bank sentral juga merevisi pertumbuhan ekonomi 2020 menjadi lebih rendah yaitu pada kisaran 5,0-5,4 persen dari sebelumnya 5,1-5,5 persen.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (20/2/2020) mengatakan revisi perkiraan ini karena adanya penyebaran virus corona yang dapat mempengaruhi perekonomian Indonesia.

"Revisi perkiraan ini terutama karena pengaruh jangka pendek tertahannya prospek pemulihan ekonomi dunia pascameluasnya Covid-19," kata Perry.

Menurut dia, virus corona tersebut dapat mempengaruhi kondisi perekonomian nasional melalui tiga sektor yaitu pariwisata, perdagangan, dan investasi.

Dalam menghadapi kondisi ini, Perry memastikan Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat sumber, struktur dan kecepatan pertumbuhan ekonomi.

"Termasuk mendorong investasi melalui proyek infrastruktur dan implementasi RUU Cipta Kerja dan Perpajakan," katanya.

Melalui sejumlah pembenahan tersebut, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2021 akan kembali meningkat pada kisaran 5,2-5,6 persen.

Baca juga: BI turunkan suku bunga acuan jadi 4,75 persen
Baca juga: BI: Kebijakan akomodatif, ruang penurunan suku bunga terbuka

Pewarta: Satyagraha
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020