Mogadishu (ANTARA News/Reuters) - Perompak Somalia yang membajak sebuah kapal Ukraina yang mengangkut 33 tank menyatakan, Senin, mereka akan membebaskan kapal itu dalam waktu beberapa hari dengan uang tebusan 3 juta dolar.

MV Faina, kapal paling menonjol dari selusin kapal yang masih ditahan di lepas pantai Somalia, dibajak pada September bersama 20 orang awaknya dan muatan yang mencakup tank-tank T-72 era Sovyet serta persenjataan lain.

"Negosiasi antara kami dan pemilik kapal sedang dalam tahap final. Kami hampir mencapai kesepakatan 3 juta dolar, kemudian kami akan membebaskan kapal itu, mungkin setelah empat hari," kata perompak Aden Gelle kepada Reuters dari pelabuhan Haradheere.

"Kami berharap menyelesaikan masalah kapal ini secepat mungkin," tambah Gelle, yang menyatakan datang ke pantai dari kapal Faina untuk beristirahat.

Penahanan kapal Faina itu menyulut perhatian internasional, tidak saja karena muatan militernya, namun juga karena perdebatan di kawasan tersebut seputar tujuan dari tank-tank itu.

Kenya mengatakan, mereka membeli barang-barang itu untuk militernya, namun para diplomat asing mengatakan bahwa senjata itu ditujukan untuk Sudan selatan -- tuduhan yang mengganggu Kenya karena negara itu menengahi perjanjian perdamaian di Sudan.

Fahran Muse, jurubicara kelompok perompak yang menahan kapal Faina, juga mengatakan, perundingan mencapai tahap kemajuan.

"Negosiasi sedang berlangsung saat ini dan mungkin selesai dalam beberapa hari, mungkin empat hari," katanya. "Pemilik kapal melakukan kontak bagus dengan kami setiap hari."

Perompak Somalia sepanjang tahun ini menahan tiga kapal setelah tahun lalu membajak 42 kapal di Teluk Aden yang ramai dan jalur pelayaran Lautan India.

Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun lalu saja.

Menurut Biro Maritim Internasional, sedikitnya 83 kapal diserang perompak di kawasan itu sejak Januari tahun lalu, 33 diantaranya dibajak. Dari jumlah itu, 12 kapal dan lebih dari 200 orang awak masih ditahan oleh perompak.

Uni Eropa (EU) telah memulai operasi keamanan di lepas pantai Somalia, sebelah utara Kenya, untuk memerangi aksi perompakan yang meningkat dan melindungi kapal-kapal yang mengangkut bantuan kemanusiaan. Itu merupakan misi laut pertama EU.

NATO juga telah mengirim sejumlah kapal untuk mengawal kapal-kapal Badan Pangan Dunia PBB yang mengangkut bantuan makanan ke pelabuhan-pelabuhan Somalia.

Perompak, yang dikepung oleh kapal-kapal perang internasional, mengancam akan meledakkan kapal Ukraina pengangkut senjata yang dibajak jika mereka tidak menerima uang tebusan yang dituntut sebesar 20 juta dolar.

Namun, batas waktu yang mereka tetapkan telah berlalu tanpa insiden.

Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikananan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.

Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.

Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.

Somalia dilanda kekerasan sejak penggulingan diktator Mohamed Siad Barre pada 1991.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009