Bandarlampung (ANTARA News) - Komoditas hasil tambang batubara yang diekspor melalui pelabuhan batu bara Tarahan, Kota Bandarlampung mampu meraih devisa sebesar 320,6 juta dolar Amerika (USD) sepanjang tahun 2008. Data terakhir perkembangan realisasi ekspor komoditas non-minyak dan gas (non-migas) Provinsi Lampung pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Provinsi Lampung, menunjukkan, Selasa, devisa sebayak itu hasil dari realisasi ekspor komoditas itu ke sejumlah negara seberat 4.300.882 ton. Bila dibandingkan dengan realisasi ekspor pada tahun 2007 dengan volume 4.234.934 ton senilai 209,22 juta USD, maka terjadi peningkatan jumlah volume sangat tipis, yakni hanya 1,56 persen, namun perolehan nilai devisanya melonjak cukup besar, 53,23 persen. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Provinsi Lampung, Drs Agus Salim M.AP, didampingi Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri (PLN)-nya, Efrodine Lediana SE, menjelaskan, dengan meraih devisa sebesar 320,6 juta USD tadi, komoditas batubara mampu memberikan andil/sumbangan (share) sebesar 7,86 persen terhadap total perolehan devisa ekspor non-migas Provinsi Lampung selama tahun 2008 (komoditas hasil pertanian, industri, pertambangan, dan kerajinan) sebesar 4,080 miliar USD dari total volume ekspor 8.357.707 ton. Komoditas batubara itu antara lain banyak diekspor ke negara Jepang, Italia, India, Pakistan, Inggris, dan Swiss. Batubara yang diekspor dari Lampung merupakan produksi dan diekspor oleh PT Tambang Batu Bara Bukit Asam (PTBA) yang beroperasi di Tanjung Enim, Sumatera Selatan (Sumsel). Sebelum diekspor diangkut dari Sumsel ke Bandarlampung menggunakan jasa angkutan kereta api batu bara rangkaian panjang, yang sering dikenal dengan sebutan "KA Babaranjang". Komoditas batubara yang diekspor itu hanya sebagian dari produksi perusahan itu, karena sebagian besar untuk memasok bahan baku Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, Merak, Provinsi Banten, dan PLTU Tarahan, Kabupaten Lampung Selatan, guna memenuhi tenaga listrik daerah-daeerah di Pulau Jawa-Bali, dan Lampung sendiri.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009