Pasar menyadari bahwa meskipun laju infeksi tampak seperti melambat, masih menyebar secara global
New York (ANTARA) - Wall Street kembali dilanda aksi jual dengan Indeks Dow dan S&P 500 anjlok sekitar tiga persen pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), penurunan hari keempat berturut-turut karena Virus Corona menyebar lebih jauh ke seluruh dunia dan investor melepas aset berisiko saat mereka berjuang mengukur dampak ekonominya.

Kedua indeks utama mencatat penurunan persentase empat hari terbesar sejak aksi jual besar-besaran pada Desember 2018, sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10-tahun mencapai rekor terendahnya.

Indeks S&P 500 kehilangan 2,138 triliun dolar AS kapitalisasi pasar selama empat sesi terakhir, menurut analis S&P Dow Jones Indices Howard Silverblatt.

Indeks Dow Jones Industrial Average kehilangan 879,44 poin,atau 3,15 persen, menjadi ditutup di 27.081,36 poin. Indeks S&P 500 turun 97,68 poin atau 3,03 persen, menjadi berakhir di 3.128,21 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup berkurang 255,67 poin atau 2,77 persen, menjadi 8.965,61 poin.

Kekhawatiran pandemi meningkat setelah Virus Corona menyebar ke Spanyol dan puluhan negara, mulai dari Korea Selatan hingga Italia, mempercepat tindakan darurat, sementara jumlah kematian virus Iran naik menjadi 16, tertinggi di luar China.

Baca juga: Bursa saham Spanyol merugi besar lagi, ketakutan Corona berlanjut

Di Amerika Serikat, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengatakan warga Amerika harus bersiap untuk kemungkinan penyebaran virus di masyarakat.

"Pasar menyadari bahwa meskipun laju infeksi tampak seperti melambat, masih menyebar secara global," kata Manajer Strategi Pedagan TD Ameritrade, Shawn Cruz, di Jersey City, New Jersey.

Sementara para investor berharap dampak ekonomi dari virus itu akan tertahan hingga kuartal pertama, Cruz mengatakan banyak yang sekarang memperkirakan bahwa "itu akan berdampak pada paruh pertama 2020 dan mungkin melampauinya."

Indeks Nasdaq mengakhiri sesi 8,7 persen di bawah rekor penutupan tertinggi, yang dicapai Rabu lalu (19/2/2020), sementara Indeks S&P berakhir 7,6 persen di bawah rekor penutupan yang dicapai pada hari yang sama. Total 314 dari 500 saham acuan berada di wilayah koreksi, secara tradisional dipandang sebagai penurunan 10 persen dari tertinggi mereka.

Baca juga: Harga emas jatuh 26,6 dolar dari tingkat tertinggi 7 tahun

Indeks Dow Jones mengakhiri hari 8,4 persen di bawah rekor penutupan 12 Februari.

Dalam hari perdagangan tersibuk sejak 21 Desember 2018, volume pada bursa AS mencapai 12,24 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 7,99 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.

Indeks Volatilitas CBOE, yang dikenal sebagai pengukur rasa takut Wall Street, naik di atas 30 untuk pertama kalinya sejak Desember 2018 dan ditutup pada 27,85.

Indeks Arca Airline NYSE ditutup jatuh lima persen, mencatat penurunan tiga hari terbesar sejak Oktober 2011. Delta Airlines Inc merosot enam persen, mengatakan bahwa mereka memperkirakan penerbangan AS-China akan ditangguhkan sampai akhir April dan memperpanjang menghindari perjalanannya ke Seoul hingga 30 April.

Associated Press melaporkan bahwa seorang anggota senior Komite Olimpiade Internasional mengatakan para penyelenggara lebih mungkin untuk membatalkan Olimpiade 2020 daripada menunda atau memindahkannya jika Virus Corona membuatnya terlalu berbahaya untuk digelar di Tokyo.

Baca juga: Dolar AS jatuh, tertekan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed

Hanya 10 saham pada Indeks S&P yang menguat, sementara semua sektor industri S&P turun. Sektor energi mencatat kerugian terbesar, dengan penurunan lebih dari empat persen karena harga minyak jatuh.

Marriott International mencatat penurunan persentase terbesar S&P, jatuh hampir delapan persen, dan saham perjalanan lainnya seperti Tripadvisor turun 4,7 persen, dan Norwegian Cruise Line Holdings jatuh 7,7 persen.

Saham Mastercard Inc merosot 6,7 persen, juga menempatkannya di antara penurunan persentase terbesar Indeks S&P.

Baca juga: Harga minyak tergelincir di tengah kekhawatiran penurunan permintaan



 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020