angka tersebut baru dampak pada putaran pertama
Jakarta (ANTARA) - Peneliti pada Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebut COVID-19 yang mewabah secara global akan mengoreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 0,29 persen di 2020.

Sebelumnya pada akhir 2019, Pusat Penelitian Ekonomi LIPI memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia akan mencapai 5,04 persen untuk tahun 2020.

“Akibat wabah virus corona menyebabkan pelemahan perekonomian, Tiongkok mengalami kontraksi. Kondisi tersebut kemudian disusul dengan kebijakan pemerintah Indonesia tentang upaya pembatasan ekspor-impor ke Tiongkok membuat angka tersebut akan sulit untuk dicapai,” kata Kepala Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Agus Eko Nugroho dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Kedubes Aussie: Semua khawatir dampak Virus Corona pada ekonomi global
Baca juga: Wamenkeu: Ekonomi RI berpotensi turun 0,3 persen akibat virus corona


Agus menjelaskan, hasil perhitungan menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terkoreksi sebesar 0,19 persen hingga 0,29 persen.

Sehingga pertumbuhan akan berada di angka 4,84 persen untuk kasus moderat dan hanya mencapai 4,74 persen jika kepanikan terus meluas. "Angka tersebut baru dampak pada putaran pertama atau first round effect saja," katanya.

Sektor pariwisata menjadi terdampak pertama kali dengan potensi kerugian pendapatan devisa nasional mencapai dua miliar dolar Amerika Serikat.

“Angka tersebut dari hasil simulasi berdasarkan perhitungan catatan 2019, ada 2 juta turis asal Tiongkok yang berkunjung ke Indonesia dengan rata-rata lama tinggal 6 hari dan menghabiskan 157 dolar per orang per hari,” kata peneliti Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, Panky Tri Febiansyah.

Ia menjelaskan, asumsi perhitungan ini dapat dipakai sebagai prediksi untuk 2020 bahwa turis asal China akan menunda atau membatalkan perjalanannya ke Indonesia.

Baca juga: Bappenas koreksi pertumbuhan ekonomi RI menjadi 5 persen
Baca juga: Sesmenko Perekonomian: Dampak Virus Corona akan terasa mulai Maret ini


Sektor perdagangan Indonesia juga diprediksi akan mengalami sejumlah kontraksi. Lebih dari 495 jenis komoditas dengan tujuan ekspor China akan terimbas, sementara sekitar 499 jenis barang impor dari China diperkirakan akan menyusut atau bahkan menghilang dari pasar Indonesia.

“Sebagian besar produk yang merupakan barang konsumsi strategis akan memiliki implikasi serius terhadap inflasi dalam negeri. Pemerintah perlu memantau kondisi pasar mengingat pada potensi pergerakan harga menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri,” ujar Panky.

Ia juga menyarankan kepada pemerintah, khususnya Otoritas Jasa Keuangan agar memberikan kelonggaran jatuh tempo kredit bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang berpotensi terdampak dari pelemahan ekonomi Tiongkok tersebut.

“Sejumlah langkah strategis harus dipersiapkan guna mereduksi potensi dampak negatif pelemahan perekonomian dan sejumlah blokade perdagangan akibat wabah COVID-19 ini,” ujar dia.

Baca juga: G20 perhatikan dampak penyebaran virus corona pada pertumbuhan global
Baca juga: BI revisi pertumbuhan ekonomi, Pengamat: Waktunya RI berbenah

 

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020