Program prioritas pertama adalah mengembangkan udang di sentra-sentra yang memang berpotensi untuk tambak udang.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan bakal mengembangkan tambak udang yang tersebar di kawasan Indonesia bagian tengah dan timur sebagai upaya meningkatkan produksi udang yang diharapkan juga menaikkan nilai ekspor.

"Program prioritas pertama adalah mengembangkan udang di sentra-sentra yang memang berpotensi untuk tambak udang. Kami melihat di Indonesia bagian tengah dan timur masih banyak yang belum tersentuh," kata Dirjen Perikanan Budi Daya Slamet Soebjakto dalam acara Outlook Perikanan 2020 di Jakarta, Rabu.

Slamet Soebjakto mengingatkan bahwa ekspor perikanan harus ditingkatkan, dan salah satu komoditas ekspor yang memiliki nilai paling tinggi dalam ekspor sektor kelautan dan perikanan adalah komoditas udang.

Baca juga: KKP targetkan peningkatan ekspor udang hingga 250 persen pada 2024

Apalagi, Slamet juga mengemukakan bahwa Presiden Joko Widodo menginginkan nilai ekspor naik hingga 2,5 kali lipat pada 2024, sedangkan pihak Kemenko Kemaritiman ingin naik hingga lima kali lipat.

"Potensi (pengembangan budidaya perikanan) banyak sekali dan luar biasa, seperti di Kalimantan untuk dikembangkan udang windu," kata Slamet.

Pembicara lainnya, Ketua Shrimp Club Indonesia Iwan Susanto mengingatkan bahwa setiap tahun, konsumsi udang di sejumlah negara tujuan sasaran ekspor seperti di China dan kawasan Uni Eropa pasti memiliki tingkat konsumsi yang meningkat setiap tahun.

Untuk itu, ujar Iwan Sutanto, perlu ada program nasional supaya ada perhatian khusus terhadap komoditas udang.

Ia juga menyebutkan ada potensi lahan untuk budi daya udang seluas 380 ribu hektare, namun banyak masih terdiri atas tambak tradisional dan bukannya tambak intensif

Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Deny Mulyono menyoroti bahwa masalah market atau pemasaran sangat penting untuk dibahas karena harga udang di beberapa negara disinyalir sudah mulai turun.

Berdasarkan laman Worldtoexports.com, pangsa pasar udang beku Indonesia mencapai 7,8 persen, atau berada di bawah India, Ekuador, dan Vietnam.

Sejumlah negara sasaran tujuan ekspor dari komoditas udang Indonesia tersebut kebanyakan ke Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa.

Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan peningkatan ekspor udang hingga 250 persen pada tahun 2024, dengan menggunakan metode pengelolaan kawasan tambak udang secara berkelanjutan.

"Pada 2024 kami menargetkan ekspor naik 250 persen, atau ada penambahan produksi udang nasional setidaknya mencapai 578 ribu ton. Setahun ini kami akan petakan kebutuhan lahan, infrastruktur dan sarana prasarana. Nanti baru kami lakukan realisasi, tentu dengan menggandeng seluruh stakeholders termasuk menarik investor masuk," kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto.

Baca juga: Anggaran pengembangan perikanan budi daya 2020 tembus Rp1 triliun

Apalagi, Slamet juga menegaskan bahwa tahun ini komoditas udang masih menjadi fokus pengembangan sebagai andalan ekspor perikanan nasional.

Ia mengungkapkan, pada 2018 tercatat kontribusi ekspor udang Indonesia mencapai hampir 40 persen dari total nilai ekspor total produk perikanan nasional atau mencapai 1,3 miliar dolar AS. Dengan menggenjot produktivitas budi daya diharapkan nilai produksi dapat naik hingga mencapai 3,25 miliar dolar AS.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020