Yang akan kami lakukan khusus untuk stabilisasi sektor moneter, kami melakukan triple intervention.
Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) menggunakan tiga instrumen intervensi untuk memitigasi dampak COVID-19 agar sektor moneter Tanah Air tetap stabil.

"Yang akan kami lakukan khusus untuk stabilisasi sektor moneter, kami melakukan triple intervention," kata Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti saat hadir pada CNBC Economic Outlook 2020 di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, tiga instrumen itu adalah Domestic Non-Delivery Forward (DNDF), pasar spot, dan pasar obligasi.

Baca juga: Peneliti nilai penurunan suku bunga acuan BI dapat jadi stimulus

Destry menjelaskan DNDF merupakan instrumen lindung nilai atau hedging kepada investor yang masuk ke Indonesia.

DNDF, lanjut dia, penyelesaiannya dilakukan di Indonesia menggunakan rupiah yang terbukti berhasil menjaga stabilitas nilai tukar rupiah selama 2018-2019.

"Ini sangat efektif untuk men-smoothing nilai tukar kita sendiri," katanya.

BI, lanjut dia, juga menggunakan pasar spot namun jumlahnya tidak banyak.

"Ada suatu korelasi erat antara inflow offshore terhadap spot market. Saat jual, sebagian akan beli spot, sebagian lagi tetap mempertahankan di rupiah," imbuhnya.

Intervensi ketiga, lanjut dia, yakni BI masuk di pasar obligasi atau bonds market untuk surat berharga negara (SBN).

"Kami juga ingin menstabilkan sektor keuangan khususnya rupiah sehingga yield SBN 6,5 persen, kembali juga dilihat kredibilitas pemerintah yang sangat positif," ucapnya.

Baca juga: Rupiah masih melemah dipengaruhi wabah COVID-19

Sebelumnya, BI mengoreksi target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 dari sebelumnya 5,1-5,5 persen menjadi 5-5,4 persen.

Koreksi itu disebabkan pengaruh ekonomi global yakni dampak COVID-19.

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020