Emas akan mengincar level 1.700 dolar AS per ounce selama beberapa minggu ke depan
Chicago (ANTARA) - Emas berakhir sedikit lebih rendah pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena investor merealisasikan keuntungan setelah harga naik lebih dari satu persen di awal sesi seiring meningkatnya kekhawatiran tentang bagaimana wabah Virus Corona dapat membahayakan ekonomi global.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di bursa Comex kehilangan 0,6 dolar AS atau 0,04 persen, menjadi ditutup pada 1,642,5 dolar AS per ounce. Penurunan sesi ketiga berturut-turut, tetapi emas berjangka rebound selama perdagangan elektronik berikutnya karena pasar saham turun tajam.

Sementara di pasar spot, harga emas naik 0,4 persen menjadi diperdagangkan di 1.645,59 dolar AS per ounce pada pukul 14.20 waktu setempat (19.20 GMT). Harga telah mundur sejak mencapai puncak tujuh tahun di 1.688,66 dolar AS pada Senin (24/2/2020).

"Banyak dari reli baru-baru ini disebabkan oleh arus safe haven yang bisa sangat cepat dan sangat sulit untuk diserap jika sentimen bergeser," kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities.

"Semua orang telah membeli emas dan ingin menjual dan itu menjaga emas dari reli lebih lanjut meskipun faktanya ekuitas terus dijual."

Investor yang melarikan diri dari risiko membuang saham-saham, dengan indeks utama Wall Street anjlok untuk sesi keenam beruntun, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS mencapai rekor terendah.

“Tidak ada yang tahu apa dampak (dari Virus Corona) nantinya. Ini jelas mengurangi kegiatan ekonomi di banyak bagian dunia," kata Jeffrey Christian, mitra pengelola CPM Group.

Baca juga: Indeks FTSE 100 jatuh 3,49 persen, bursa Inggris lanjutkan kemerosotan

Sebagai tanggapan, bank-bank sentral global "akan lebih cenderung mengakomodasi hal-hal dengan suku bunga yang lebih rendah dan meningkatkan pembelian obligasi untuk meningkatkan likuiditas. Mereka akan melakukan apa pun yang mereka butuhkan untuk meminimalkan kerusakan yang disebabkan oleh ini."

Pasar uang sekarang menetapkan perkiraan pemotongan penuh satu 25 basis poin dalam suku bunga bank sentral AS pada April dan tiga pada Maret 2021. Bank-bank sentral utama lainnya juga diperkirakan akan memangkas suku bunga.

Suku bunga yang lebih rendah mengurangi potensi kerugian memegang logam mulia yang tidak memberikan imbal hasil.

"Emas akan mengincar level 1.700 dolar AS per ounce selama beberapa minggu ke depan karena wabah Virus Corona semakin memburuk," kata Edward Moya, analis pasar senior di broker OANDA.

Baca juga: Rupiah terpuruk tembus di atas Rp14.000, dipicu sentimen Virus Corona

Infeksi Virus Corona baru di seluruh dunia dalam 24 jam terakhir melampaui infeksi di daratan China, untuk pertama kalinya. Vaksin dapat memakan waktu hingga 18 bulan untuk berkembang.

Pada Kamis (27/2/2020), China melaporkan peningkatan kasus virus baru pada 26 Februari dari hari sebelumnya.

Di antara logam mulia lainnya, paladium naik 1,4 persen pada 2.828,61 dolar AS, setelah mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di 2.847,50 dolar AS per ounce di awal sesi.

Nornickel, produsen paladium terbesar di dunia, mengatakan mereka memperkirakan defisit di pasar paladium global sebesar 0,9 juta ounce pada 2020.

Platinum turun 0,8 persen menjadi 903,26 dolar AS, setelah menyentuh level terendah sejak Desember, sementara perak turun 0,7 persen menjadi 17,76 dolar AS per ounce.

Di pasar berjangka, perak untuk pengiriman Mei turun 17,9 sen atau satu persen, menjadi ditutup pada 17,735 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April turun 9,3 dolar AS atau 1,02 persen, menjadi 905,5 dolar AS per ounce.

Baca juga: Saham di Spanyol berguguran, Indeks IBEX 35 jatuh di bawah 9.000 poin

Baca juga: Saham unggulan di Jerman memerah, Indeks DAX 30 jatuh 3,19 persen


 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020