Batam (ANTARA) - Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas Pelabuhan Bebas Batam berharap pelaku industri mau mencari bahan baku dari negara selain China.

"Semestinya perusahaan mencari sendiri, selama ini ambil dari China karena murah," kata Kepala BP Kawasan Batam, Muhammad Rudi di Batam, Jumat.

Saat ini, sejumlah pelaku industri manufaktur dan lainnya di Kawasan Batam mengeluhkan sulitnya bahan baku yang biasa dikirim dari China. Hal ini terkait dengan peredaran virus Corona Covid-19 yang menimpa Negara Tirai Bambu itu.

Baca juga: 30 persen bahan baku dari China, Menperin siapkan subtitusi impor

Akibat sulitnya bahan baku dari China, maka mengancam keberlangsungan produksi industri. Padahal hasil industri di Batam diekspor ke luar negeri.

Menurut Rudi, semestinya pelaku industri bersedia membeli bahan baku dari negara lain, meski harganya relatif tidak semurah China.

"Bahan baku itu banyak, tapi dari China murah, maka semua dari sana," kata dia.

Di masa sulit seperti ini, ia mengajak pelaku usaha tidak mementingkan untung besar, asalkan tidak rugi dan masih bisa berproduksi.

"Kami harap ke depan, enggak usah untung, yang penting enggak rugi," kata dia.

Baca juga: Impor dari China Didominasi Bahan Baku

Hasil produksi tetap dapat dijual ke luar negeri dengan harga yang tetap, meskipun keuntungan mesti berkurang.

Sementara itu, Ketua Apindo Kota Batam, Rafki Rasyid mengatakan mewabahnya virus Corona COVID-19 di beberapa negara, terutama China, mengancam industri manufaktur di daerah setempat.

"Jika isu virus Corona ini masih bertahan sampai 6 bulan ke depan, bisa dikatakan sektor manufaktur akan mulai terkena dampaknya secara masif," kata Rafki.

Selain karena kesulitan mengimpor bahan baku, ia mengatakan kekhawatiran lain dari peredaran COVID-19 adalah penurunan permintaan global.

Ia mengatakan, apabila terjadi permintaan hasil produksi manufaktur secara global, maka Batam akan mendapatkan dampak negatif yang besar.

"Karena produk produk dari Batam diperuntukkan untuk pasar global," kata dia.

Dan bukan tidak mungkin, bila dampak itu akan berlanjut pada pengurangan jumlah pekerja.

Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020