pasien tidak batuk dan sesak napas
Palu (ANTARA) - Warga Negara Asing (WNA) asal Prancis yang dilarikan dari RSUD Ampana, Kabupaten Tojo Una-una (Touna) menuju RSUD Luwuk di Kabupaten Banggai untuk diisolasi karena dikhawatirkan terjangkit virus corona dinyatakan masih negatif terjangkit virus tersebut.

"Pasien dengan inisial C umur 71 tahun yang datang ke Touna untuk berlibur, pada hari Jumat (28/2) pukul 14.30 WITA tiba dengan dijemput tim RSUD Ampana, Touna kemudian dirujuk ke RSUD Luwuk, Banggai dan baru tiba pagi tadi," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, dr.Reny Lamadjido kepada sejumlah jurnalis di Palu, Sabtu.

Ia membenarkan saat dilarikan untuk mendapat penanganan medis, C mengalami demam disertai suhu tubuh mendekati 38 derajat, tepatnya 37,7 derajat yang merupakan salah satu gejala awal seseorang terindikasi virus corona.

Baca juga: Kru Kapal Diamond Princess akan diobservasi di Pulau Sebaru Kecil
Baca juga: WHO: Kunci mengendalikan COVID-19 memutus rantai penularan


Namun, lanjutnya, WNA itu hanya mengalami demam tinggi disertai diare bahkan hari ini suhu tubuhnya telah turun menjadi 36,7 derajat.

"Tapi saat itu pasien tidak batuk dan sesak napas apalagi sampai kejang-kejang. Kalau terjangkit virus corona suhu badannya naik terus kemudian disertai batuk dan sesak napas hingga kejang. Makanya tim perawat dan dokter yang merawat dia tidak sampai mengenakan 'pakaian astronot' yang biasa dipakai untuk menangani pasien yang terjangkit virus corona," ujarnya.

Bahkan, sambungnya, berdasarkan keterangan tim medis RSUD Ampana yang menangani WNA yang datang ke Touna untuk berlibur di Kepulauan Togean tersebut, setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium maupun rontgen hasilnya masih negatif terjangkit virus yang diberi nama COVID-19.

Baca juga: Kasus baru COVID-19 tembus 1027, WHO tingkatkan level siaga dunia
Baca juga: Kemenkes: Indonesia masih belum ada kasus COVID-19


"Saat ini pasien dirujuk di RSUD Luwuk karena jarak dari RSUD Ampana lebih dekat. Di sana dia akan mendapat penanganan lebih lanjut dan diobservasi selama 14 hari. Insya Allah setelah 14 hari baru kita bisa tahu apakah dia terjangkit virus corona atau tidak," katanya.

Ia mengimbau masyarakat Sulteng agar tidak perlu khawatir apalagi sampai panik dengan kejadian itu. Ia yakin Sulteng bebas dan aman dari wabah virus corona.

"Namun tetap harus waspada," pesannya.

Baca juga: Menkes beberkan alasan penggunaan satu lab untuk deteksi COVID-19
Baca juga: DPR desak Kemendagri bentuk Desk Corona


Pewarta: Muhammad Arshandi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020