Model pendekatan pengembangan budidaya berbasis klaster akan didorong untuk meningkatkan efisiensi
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengembangkan model budidaya perikanan berbasis klaster dalam rangka mempercepat optimalisasi sektor budidaya perikanan yang saat ini baru sekitar 10 persen tergarap di Tanah Air.

"Model pendekatan pengembangan budidaya berbasis klaster akan didorong untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan nilai tambah yang lebih besar. Komoditas udang akan fokus kita dorong untuk meraup devisa ekspor," kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto dalam rilis di Jakarta, Minggu.

Ia mengemukakan, bahwa keseriusan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo dalam menggarap budidaya perikanan Indonesia dimulainya dari internal KKP, seperti peningkatan produksi benih, indukan, penyediaan lahan, hingga inovasi pakan mandiri.

Selain itu, ujar dia, KKP juga aktif membangun komunikasi dengan Pemerintah Daerah (Pemda), pelaku usaha, dan pembudidaya perikanan, serta begitu juga dengan komunikasi dengan lintas lembaga dan kementerian.

Upaya KKP mengembangkan sektor budidaya mendapat sambutan positif dari pemerintah daerah, di antaranya Pemerintah Kabupaten Simeulue, Aceh yang dikenal sebagai kawasan kepulauan.

"Insya Allah, budidaya salah satu sektor andalan kami di bidang perikanan. Kami sedang menata pantai-pantai di Semeulue dan menggerakkan seluruh potensi nelayan yang ada di sana," ujar Bupati Semeulue Erli Hasim usai bertemu Menteri Edhy di Jakarta.

Komoditas yang siap dikembangkan di sektor budidaya di Semeulue antara lain lobster, udang, dan kerapu. Sedangkan rumput laut masih dalam tahap analisis.

Selain Pemkab Semeulue, Pemkab Sambas, Kalimantan Barat juga menyatakan kesiapannya. Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Serawak, Malaysia ini memiliki 6.457 haktare potensi tambak. Dari angka tersebut, 2.691 haktare di antaranya sudah dimanfaatkan.

"Produksi budidaya tambak di tempat kami cukup besar, untuk udang windu misalnya mencapai 125 ton per tahun," ujar Bupati Sambas Atbah Romin Suhaili.

Selain udang windu, masyarakat Sambas juga melakukan budidaya udang vaname dengan produksi 150 ton per tahun, bandeng 875 ton, lalu ikan nila, kakap dan ikan lainnya yang jumlahnya mencapai 150 ton per tahun.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menyatakan, Kementerian Kelautan dan Perikanan menggunakan teknologi Recirculation Aquaculture System (RAS) dalam rangka menyiapkan pengembangan industri benih ikan nasional.

Menteri Edhy menyatakan bahwa teknologi perbenihan RAS dapat meningkatkan padat tebar hingga 7 kali lipat dibandingkan dengan sistem konvensional.

Selain itu, masih menurut dia, teknologi ini juga dinilai mampu memangkas masa pemeliharaan, menaikkan tingkat kelulusan hidup dan tingkat keseragaman ukuran.

"Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki, RAS dapat menjadi solusi mengatasi permasalahan kebutuhan benih ikan di seluruh Indonesia," katanya.

Baca juga: Menteri Edhy sebut benih bisa gratis bila stok melimpah
Baca juga: KKP sebut perikanan budi daya tingkatkan mutu dan nilai ekonomi

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020