Gerakan perubahan yang dilakukan mahasiswa agar tidak hanya di jalur politik, tapi juga di bidang sosial dan ekonomi
Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel mendorong generasi muda khususnya kalangan mahasiswa lebih meningkatkan peran dalam bidang pemberdayaan masyarakat terutama sosial dan ekonomi.

Melalui bidang ini, kontribusi mahasiswa di tengah masyarakat akan semakin terasa terutama dalam mewujudkan keadilan sosial dan ekonomi yang lebih baik lagi di masa datang.

“Gerakan perubahan yang dilakukan mahasiswa agar tidak hanya di jalur politik, tapi juga di bidang sosial dan ekonomi, sehingga kontribusi generasi muda terhadap pembangunan Indonesia semakin nyata dan kian besar,” kata Rachmat Gobel dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Baca juga: Rachmat Gobel: Pembangunan harus punya tujuan

Menurutnya, masih banyak potensi ekonomi Indonesia yang belum tergarap optimal, seperti kegiatan ekonomi berbasis budaya, karena dengan keragaman budaya dan tradisi Indonesia, potensi ekonomi di sektor ini sangat besar.

Berdasarkan data BPS, setidaknya ada sekitar 300 kelompok etnik yang ada di Indonesia, yang masing-masing mempunyai karakter budaya dengan kearifan lokalnya masing-masing.

Budaya dan produk budaya ini sangat membutuhkan ide-ide kreatif, sehingga mempunyai nilai ekonomi, dan potensinya sangat besar.

Banyak negara, seperti Jepang dan Korea Selatan telah berhasil mengembangkan tradisi dan budaya mereka menjadi bernilai ekonomi yang tinggi, dan potensi ini juga ada di Indonesia.

Dalam kuliah umumnya di depan anggota Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI) di Yogyakarta, Sabtu (29/2/2020), Rachmat mengatakan tidak kalah penting adalah pengembangan ekonomi berbasis budaya ini juga bisa menjadi jalur yang efektif untuk pemerataan ekonomi.

Kewirausahaan
Menurut dia, untuk bisa lebih meningkatkan kontribusi nyata dalam pembangunan, organisasi kemahasiswaan perlu mendorong dan membantu peningkatan semangat kewirausahaan para anggotanya.

Ini bisa dilakukan melalui reposisi orientasi generasi muda, yang sampai saat ini sebagian besar masih ingin menjadi pekerja.

Merancang berbagai program kerja sama dan pelatihan dengan pelaku industri yang sudah mapan adalah salah satu pilihan dalam upaya meningkatkan semangat kewirausahaan.

“Kalangan mahasiswa perlu melakukan reposisi untuk tidak lagi bercita-cita hanya mencari pekerjaan, tapi bagaimana menciptakan lapangan kerja. Ini membutuhkan semangat kewirausahaan yang tinggi,” kata Rachmat.

Berdasarkan data BPS lagi, dibandingkan negara tetangga, rasio orang Indonesia yang terjun menjadi wirausaha masih sangat rendah.

"Persentase masih sekitar tiga persen dari total jumlah penduduk. Angka ini jauh di bawah Singapura sebesar tujuh persen, kemudian Malaysia enam persen dan Thailand yang lima persen," katanya.

Dalam kesempatan itu, Rachmat juga menyinggung potensi industri halal yang berpeluang untuk digarap oleh generasi muda.

Baik di Indonesia maupun global, industri halal saat ini mengalami perkembangan pesat dan menjadi salah satu sektor yang banyak dikembangkan negara lain, termasuk negara yang mayoritas penduduknya bukan Muslim.

Di Indonesia, menurut data State of The Global Economy Report, merupakan salah satu pasar produk halal terbesar dunia yang berasal dari perdagangan makanan halal, industri kosmetik, farmasi dan pariwisata.

Diperkirakan, pada 2017 pengeluaran masyarakat Indonesia untuk makanan halal sudah mencapai 218,8 miliar dolar AS. Indonesia sampai saat ini termasuk sebagai importir terbesar produk halal dengan nilai sekitar 169,7 miliar dolar AS.

Baca juga: Rachmat Gobel minta pemda ikut cegah konversi lahan pertanian
Baca juga: Rachmat Gobel yakin minat investasi Jepang ke Indonesia kian meningkat

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020