Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto meminta masyarakat tidak segan menegur orang yang menderita batuk dan pilek tapi tidak mengenakan masker.

"Kita minta yang sakit pakai masker, dan mari kita tegur dengan cara yang baik apabila teman kita batuk dan pilek tidak pakai masker," kata Yuri di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo memastikan persediaan masker di pasar dalam negeri kurang lebih mencapai 50 juta sehingga masyarakat diminta untuk tidak perlu panik.

Di pasar, keberadaan masker sempat dikeluhkan sebagian masyarakat karena dinilai langka, yang diduga salah satunya karena ada aksi borong masker oleh sejumlah kalangan yang merasa panik, termasuk masyarakat yang tidak sakit, namun ikut memborong masker.

"Virus ini akan masuk ke mulut kita, sekalipun kita pakai masker dan itu yang tidak bisa dihindari. Misalnya, ada orang lagi batuk ditutup pakai tangan, tutup lagi sedikit, kemudian kita pakai masker kemudian ditutupi, lalu makan gorengan, setebal apapun masker yang kita pakai kalau kita dapat gorengan pasti dibuka," kata Yuri.

Dia juga meminta agar masyarakat dapat memahami karakter virus Covid-19.

"Virus itu tidak akan bisa hidup sendiri. Dia membutuhkan inang, dia hanya bisa hidup di sel yang hidup, sama dengan pohon ada benalu di pohon. Benalu ini bisa hidup kalau pohonnya hidup. Kalau pohonnya mati, pasti benalunya mati/ Demikian juga dengan virus, dia hidup dalam sel yang di hidup," ungkap Yuri.

Baca juga: Kasus positif COVID-19 pertama di Indonesia penularan tanpa bergejala

Baca juga: Pemerintah sudah periksa 155 spesimen Covid-19 dan masih 2 positif

Baca juga: IAKMI: Penanganan corona perlu libatkan seluruh kemampuan



Awasi percikan

Sel yang hidup itu ada di saluran penapasan yang sakit, pada saat kemudian orang tersebut berbicara, batuk, maupun bersin selnya terlepas, lalu terlempar dan itu disebut droplet (percikan).

"Oleh karena itu logika kita, sehebat apapun itu, droplet atau percikan ludahnya terlempar sekitar satu meter. Oleh karena itu persyaratannya adalah kontak dekat. Kedua, sel manusia apabila lepas dari tubuh manusia, di dalam iklim dengan paparan ultraviolet, suhu, rata-rata hanya akan bertahan 10-15 menit. Setelah itu akan mati baik indoor atau outdoor," kata Yuri.

Ia memisalkan seperti percikan darah manusia bila tertetes di mana pun juga sel darah akan mati, begitu sel di dalamnya pasti akan mati.

"Pertanyaannya apakah logis kalau pertanyaannya tanpa kontak dekat, jarak jauh bisa sakit? Tidak mungkin. Oleh karena itu, cara yang paling gampang mengendalikan adalah siapapun yang sedang sakit, entah itu batuk, pilek, entah itu karena Covid-19, sebaiknya menggunakan masker supaya percikan droplet dia tidak kemana-mana. Supaya yang lainnya dipenjara, kan ini virusnya dipenjara," ucap Yuri.

Maksudnya, bukan droplet orang sehat yang terpenjara di masker, tapi droplet orang sakitlah yang terpenjara.

"Di dalam kehidupan sosial kita yang jahat aja yang dipenjara, bukan yang tidak jahat tidak dipenjara. Cara berpikirnya jangan dibalik, penjahatnya dibiarkan berkeliaran, kita yang masuk penjara semua. Ini pengertian tentang virus itu begitu," ungkap Yuri.

Hingga Selasa (3/3) pagi terkonfirmasi di dunia ada 90.427 orang yang terinfeksi Covid-19 dengan 3.116 kematian, 47.928 orang yang dinyatakan sembuh. Kasus di China mencapai 80.143 kasus, di Korea Selatan 4.335 kasus, di Italia 2.036 kasus, di Iran 1.501.

Tingkat kematian di Iran menjadi yang paling tinggi di luar China yaitu 66 kematian dibanding kasus yang positif. Sudah ada 65 negara termasuk Indonesia yang mengonfirmasi kasus positif Covid-19 di negaranya.*

Baca juga: Paloma Bistro beroperasi normal meski jadi tempat penyebaran corona

Baca juga: Soal Corona, Kemendagri minta pemda sediakan jubir

Baca juga: Presiden Jokowi: Pemerintah bangun rumah sakit khusus di Pulau Galang

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020