Kami ingin menyoroti keseriusan diskriminasi, kekerasan dan ketidaksetaraan terhadap perempuan,
Seoul (ANTARA) - Partai feminis pertama Korea Selatan berjanji untuk mendorong upah yang setara dan hukum yang lebih keras untuk mengakhiri voyeurism (praktik memperoleh kepuasan seksual dengan menyaksikan adegan erotik orang lain) yang meluas terhadap perempuan saat partai itu bersiap untuk bertarung dalam pemilihan mendatang.

Karena akan diluncurkan pada 8 Maret bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional, Partai Perempuan telah mendaftar lebih dari 8.000 anggota, yang didirikan sebagai gerakan feminisme yang tumbuh di negara Asia yang sosial konservatif itu.

Mereka berharap untuk memenangi empat dari 300 kursi parlemen yang diperebutkan dalam pemilihan 15 April meskipun analis politik mengatakan itu akan menjadi tantangan bagi partai yang masih muda itu.

"Masalah (perempuan) telah dipinggirkan oleh pihak lain dan kami ingin menempatkan mereka di garis depan," Kim Eun-ju, seorang aktivis veteran hak-hak perempuan dan salah satu pendiri partai, mengatakan kepada Thomson Reuters Foundation sebelum peluncuran.

"Kami ingin menyoroti keseriusan diskriminasi, kekerasan dan ketidaksetaraan terhadap perempuan," kata dia.

Menargetkan perempuan muda, Kim mengatakan partai yang akan mengajukan pendaftaran resmi sehari setelah peluncurannya, akan melobi undang-undang yang lebih kuat untuk mengekang epidemi voyeurism atau "porno spycam", di mana para korban difilmkan mengencingi atau berhubungan seks.

Epidemi itu mendorong puluhan ribu perempuan turun ke jalan pada 2018 dan meletakkan dasar bagi gerakan feminisme yang sejak itu semakin menambah kecepatan di bidang-bidang lain, dari meninggalkan tata rias hingga menolak pernikahan.

Baca juga: Feminisme sangat berbahaya
Baca juga: Kartini di tengah arus feminisme


Partai baru ini juga bertujuan untuk menutup kesenjangan upah gender, yang merupakan tertinggi di antara negara-negara maju sebesar 34,1 persen pada 2018, lebih dari dua kali lipat rata-rata untuk Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan.

Setelah jajak pendapat 2016 terakhir, Korea Selatan memiliki 51 anggota parlemen perempuan yang merupakan presentasi perempuan tertinggi di negara itu di parlemen sebesar 17 persen, meskipun ini tertinggal rata-rata global sekitar 25 persen.

Presiden perempuan pertama Korea Selatan, Park Geun-hye, mulai menjabat pada 2013 dan menjabat sampai 2017 ketika dia digulingkan karena skandal korupsi.

"Pendirian Partai Perempuan adalah penting tetapi sebagai partai kecil akan cukup sulit untuk memasuki pemilih yang lebih luas," kata Chae Jin-won, seorang profesor politik di Universitas Kyung Hee di Seoul.

Dia mengatakan akan "menantang" bagi partai untuk memenangkan empat kursi karena sistem pemilihan secara tradisional menguntungkan partai-partai besar meskipun reformasi hukum tahun lalu untuk mengatasi masalah ini.

Korea Selatan berada di peringkat 108 dari 153 negara pada Indeks Kesenjangan Gender Global 2020 pada Forum Ekonomi Dunia.

Sumber: Thomson Reuters Foundation

Baca juga: PDIP kerja sama dengan partai berkuasa Korsel
Baca juga: Rieke "Oneng" Kenal Feminisme Lewat Karya Pramudya

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020