Jakarta (ANTARA) - Tak ada yang beraktivitas terlalu pagi di Kota Taitung, Taiwan, semuanya berjalan serba tenang dan santai.

Tak ada hiruk-pikuk kendaraan, jeritan klakson, debu dan polusi memenuhi udara di jalanan. Juga tak tampak wajah-wajah yang bertekuk karena buru-buru pergi ke kantor padahal masih menahan kantuk.

Pintu-pintu pertokoan baru berdecit pada pukul 11.00 siang waktu setempat. Sementara sawah-sawah baru dikunjungi para penggarapnya sekitar pukul 09.00 atau 10.00 pagi.

Bagi wisatawan yang terbiasa dengan kehidupan metropolitan mungkin akan sedikit bingung ingin melakukan apa di pagi hari. Sarapan di hotel boleh jadi sedia pukul 07.00 tapi belum dengan kotanya. Maka untuk mengisi waktu di pagi hari, tak ada salahnya untuk beranjak ke Hutan Kota Taitung.

Hutan seluas 280 hektare itu mulai buka dari pukul 07.30 hingga 17.00. Jaraknya yang tak jauh dari pusat kota mudah dijangkau baik dengan kendaraan pribadi, atau bersepeda.

Dengan menggunakan sepeda motor mungkin dibutuhkan waktu sekitar lima menit, sementara bersepeda mungkin akan memakan waktu 10-15 menit. Sesampainya di sana, setiap orang akan dikenakan biaya masuk sebesar 30 NTD (Rp14.325,25 saat dikonversikan pada 2 Maret 2020).

Di dalam hutan kota, tak boleh ada kendaraan bermotor lewat. Jalur hanya digunakan untuk bersepeda atau berjalan kaki. Jika ingin mengelilingi hutan sambil bersepeda, di sana tersedia beragam bentuk sepeda yang disewakan.
Lorong pergola di jalan menuju Danau Pipa di dalam Hutan Kota Taitung, Taiwan. (Antara/Aubrey Fanani)


 Ada sepeda mini dengan keranjang, ada sepeda tandem yang dapat digunakan berdua, ada juga sepeda dengan kanopi yang dapat melindungi pesepeda dari panas dan hujan.

Untuk sepeda mini berkeranjang dapat disewa dengan harga 100 NTD (Rp47,8 ribu) yang dapat dipakai seharian.

Dari jalan utama, jalur akan terbagi dua yang menjadikan danau sebagai tujuan utamanya. Jalan ke kiri menuju Danau Egret dan ke kanan menuju Danau Pipa.

Di antara kedua danau tersebut, Danau Pipa lebih populer karena bentuknya seperti kecapi Cina atau Pipa, tak heran kalau danau ini lebih banyak dikunjungi wisatawan dibandingkan Danau Egret. Danau itu memiliki dua badan berukuran kecil dan besar yang saling terhubung. Danau Pipa menjadi tempat habitat dan tumbuhan air.

Di sekitar danau dibangun beberapa lokasi pos pemantauan yang biasa digunakan pengunjung memandangi landskap danau yang dialiri oleh mata air dari muara Sungai Beinan. Ada juga rumah pohon tanpa atap, di mana kita dapat melihat Hutan Kota Taitung dari ketinggian.

Tak perlu terburu-buru saat menuju Danau Pipa, karena banyak instalasi yang dapat dinikmati, salah satunya adalah lorong pergola yang terbuat dari kayu.

Para pengendara sepeda baiknya membatasi kecepatan saat melewati lorong tersebut karena ada turunan tajam yang menikung, jika tak berhati-hati melewati jalan tersebut maka pengendara berpotensi tergelincir atau bertabrakan dengan pengendara dari arah yang berlawanan.

Jika masih punya energi untuk bertualang, kembali ke titik nol dan menuju Danau Egret juga tak kalah menarik, dari pintu menuju Danau Egret kita akan menemui hamparan Bunga Kembang Sepatu sebesar genggaman tangan orang dewasa yang berwarna-warni.

Pengunjung boleh masuk ke kebun tersebut dan berfoto dengan bunga-bunga tersebut. Tepat di depan kebun bunga ada juga kolam teratai, di situ juga menjadi tempat favorit untuk menghabiskan hari. Namun sayang saat Antara mengunjungi kolam tersebut, teratai sedang tidak mengembang.

 
Burung Punai di dalam Hutan Kota Taitung, Taiwan. (Antara/Aubrey Fanani)


Puas bersantai di tepi kolam, kita bisa melanjutkan perjalanan kembali. Kecepatan sepeda telah dibatasi, maksimum 30 km per jam. Sebelum sampai ke Danau Egret, ada beberapa pos perhentian yang dapat digunakan beristirahat karena jalanan menuju Danau Egret lebih menanjak jika dibandingkan ke Danau Pipa.

Udara di Danau Egret terasa lebih dingin di bandingkan di Danau Pipa yang letaknya memang lebih rendah, secara kasat mata Danau Egret lebih besar dibandingkan Danau Pipa.

Lelah menanjak seketika terbayar saat leyeh-leyeh di atas rumput yang terpangkas rapi di bukit sekitar Danau Egret. Sambil beristirahat kita dapat mendengar jelas cuitan dan kepakan sayap dari burung-burung yang ada di sekitarnya. Pegunungan pun ikut menjadi latar belakang pemandangan danau yang semakin menambah rasa tenang berada di sana.



Baca juga: Wisata ke Taitung, wilayah bagian Timur Taiwan

Baca juga: Wisata ramah muslim di Taiwan disokong dua lembaga sertifikasi halal

Baca juga: Taiwan bidik wisatawan Indonesia dengan wisata halal

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020