Pentingnya revolusi mental agar mampu produktif seperti negara lain yang lebih maju
Bandung (ANTARA) - Menteri Energi dan Sumber daya Alam (ESDM) Arifin Tasrif memuji Katalis Merah Putih yang merupakan rintisan Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama Pertamina yang bisa menciptakan proses pembuatan energi alternatif terbarukan. 

"Diharapkan menjadi katalis yang bermanfaat bagi orang lain sebagai nilai tambah, juga agar mampu menghadapi berbagai perang energi dan informasi sehingga diharapkan masyarakat khususnya mahasiswa kelak menjadi komandan dalam menghadapi perang tersbeut," kata Arifin saat memberikan Kuliah Umum di Aula Barat Kampus ITB Jalan Ganesha Kota Bandung, Rabu. 

Katalis ini merupakan inisiasi dari Guru Besar Fakultas Teknik Industri ITB Prof Subagjo.

Dalam kuliah umum Menteri ESDM menjelaskan tentang berbagai kebijakan dan program strategis Kementrian ESDM sesuai visi, misi, dan arahan Presiden Joko Widodo saat pelantikan berlangsung.

Kebijakan dan program strategis tersebut meliputi memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan berkualitas, mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan, meningkatkan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing, dan revolusi mental dan pembangunan kebudayaan.

“Pentingnya revolusi mental agar mampu produktif seperti negara lain yang lebih maju. Contohnya Jepang dan Korea Selatan yang disiplin dan produktif, bahkan Tiongkok sudah bangkit sejak 20 tahun lalu hingga kini membuat banyak gebrakan. Kita juga mampu,” katanya.

Agenda pembangunan lainnya ialah memperkuat infrastruktur untuk mendukung pengembangan ekonomi dan pelayanan dasar, membangun lingkungan hidup, meningkatakan ketahanan bencana, dan perubahan iklim, serta memperkuat stabilitas polhukam dan transformasi pelayanan publik.

Berbagai grafik serta angka berkaitan dengan ESDM dipaparkan dalam papan presentasinya, salah satunya ialah cadangan minyak Indonesia yang hanya bersisa 0,2 persen dari 3,2 miliar barel cadangan minyak dunia.

Demikian juga dengan jumlah gas bumi di Indonesia yang cadangannya hanya tersisa 1,53 persen dari 97,5 triliun kaki kubik, namun masih berpotensi untuk bisa secara berkelanjutan digunakan di Indonesia.

“Karena ke depannya, kebutuhan gas ini yang akan bertempat banyak sehingga harus dialokasikan pemanfaatannya seoptimal mungkin,” tambah Arifin.

Gas yang semulanya memiliki jatah untuk diekspor seperti ke Singapura, secara perlahan akan dialokasikan untuk keperluan domestik terutama setelah pembangunan infrastruktur jaringan gas ini selesai.

Salah satu infrastruktur yang dibuat ialah pembangunan sambungan pipa gas yang tersambung dari Aceh hingga Jawa Timur serta diharapkan kelak akan mencapai seluruh titik hingga berbagai daerah Indonesia.

Baca juga: Menristekdikti optimistis Katalis Merah Putih kurangi impor migas
Baca juga: Menristekdikti tinjau uji katalis di Kilang Pertamina

 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020