New York (ANTARA) - Harga minyak mentah turun pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), menyerahkan keuntungan awal ketika produsen minyak utama, termasuk Arab Saudi, berupaya membawa Rusia bersama-sama mengurangi pasokan lebih dalam guna mencoba mengimbangi penurunan permintaan yang disebabkan oleh wabah virus corona.

Ketika wabah telah menyebar, minyak telah turun tajam, dan rebound baru berumur pendek. Minyak mentah berjangka Brent, turun 73 sen atau 1,4 persen, menjadi menetap di 51,13 dolar AS per barel, setelah mencapai tertinggi 53,03 dolar AS di pagi hari.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) berakhir turun 40 sen menjadi 46,78 dolar AS per barel.

Baca juga: Harga minyak jatuh dalam 5 hari beruntun, dipicu wabah Virus Corona

Arab Saudi dan anggota lain dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) berusaha membujuk Rusia untuk bergabung dalam pengurangan produksi minyak tambahan yang besar guna menopang harga. Kelompok, yang dikenal sebagai OPEC+, telah memotong 2,1 juta barel per hari dalam pasokan, membantu menopang harga minyak mentah.

Kelompok itu ingin memotong setidaknya satu juta barel per hari lebih banyak dalam pasokan ke pasar, sumber OPEC mengatakan kepada Reuters. Rusia, yang bukan anggota OPEC, dikenal kerap melakukan kesepakatan seperti itu sampai menit terakhir. Hingga Rabu, satu panel beberapa menteri dari kelompok itu belum menandatangani perjanjian.

Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh mengatakan pasar menghadapi surplus.

"Saat ini, pasokan di pasar lebih besar dari permintaan," kata Zanganeh. "OPEC dan non-OPEC perlu melakukan semua upaya mereka untuk menyeimbangkan pasar."

Goldman Sachs memangkas perkiraan harga Brent menjadi 45 dolar AS per barel pada April, sementara memperkirakan Brent secara bertahap pulih menjadi 60 dolar A per barel pada akhir tahun.

Baca juga: Harga minyak turun di tengah meredanya ketegangan geopolitik global

Bank mengatakan, sementara pengurangan produksi oleh OPEC "akan membantu menormalkan permintaan minyak dan persediaan akhir tahun ini, mereka tidak dapat mencegah akumulasi persediaan minyak besar yang sudah mulai."

Morgan Stanley memangkas prediksi harga Brent kuartal kedua 2020 menjadi 55 dolar AS per barel dan prospek WTI menjadi 50 dolar AS karena ekspektasi pengurangan permintaan.

"Pasar akan terbebani oleh dampak virus corona di tengah pengrusakan permintaan," kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates. "Saya tidak melihat permintaan minyak pulih ke tingkat pra-virus selama beberapa bulan, karena wabah tambahan di Eropa dan AS akan menyebabkan gangguan perjalanan dan pertemuan serta kehancuran permintaan."

Stok minyak mentah di Amerika Serikat naik 785.000 barel, kata Badan Informasi Energi AS, lebih rendah dari yang diperkirakan. Stok bensin dan solar keduanya turun lebih dari empat juta barel. Ekspor melonjak menjadi hampir 4,2 juta barel per hari.

"Data hari ini mengonfirmasi apa yang dikatakan pasar fisik kepada kami: Tidak buruk di sini, setidaknya untuk saat ini," kata Scott Shelton, tenaga penjualan energi dari United ICAP di Durham, North Carolina.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020