Penurunan hari ini adalah semua tentang upaya untuk menahan penyebaran virus
New York (ANTARA) - Saham-saham di Wall Street jatuh pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena kekhawatiran kerusakan ekonomi dari penyebaran Virus Corona meningkat, meskipun indeks utama berakhir jauh di atas posisi terendah sesi mereka.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 256,50 poin atau 0,98 persen, menjadi ditutup pada 25.864,78 poin, mengupas beberapa kerugian sebelumnya. Indeks S&P 500 merosot 51,57 poin atau 1,71 persen, menjadi berakhir di 2.972,37 poin. Indeks Komposit Nasdaq menghapus 162,98 poin atau 1,87 persen, menjadi berakhir di 8.575,62 poin.

S&P 500 membukukan penurunan ke 10 dalam 12 sesi terakhir karena gerakan untuk menahan virus melumpuhkan rantai pasokan dan mendorong pemotongan tajam perkiraan pertumbuhan ekonomi global untuk 2020.

Sejak rekor penutupan tertinggi pada 19 Februari, indeks acuan telah kehilangan lebih dari 12 persen, memusnahkan 3,43 triliun dolar dari kapitalisasi pasarnya, menurut Indeks S&P Dow Jones.

Meski begitu, untuk minggu ini S&P 500, bersama dengan Dow Jones Industrial Average dan Nasdaq, membukukan kenaikan moderat karena saham-saham pada Jumat (6/3/2020) mengurangi kerugian di akhir sesi. Untuk minggu ini, S&P 500 naik 0,6 persen, Dow menambahkan 1,8 persen dan Nasdaq naik 0,1 persen.

Semua 11 sektor S&P berakhir lebih rendah, dipimpin oleh penurunan 5,6 persen dalam saham-saham energi, yang melngikuti penurunan 10 persen pada harga minyak mentah AS.

Baca juga: Harga emas naik 4,4 dolar, ditopang kejatuhan ekuitas dan dolar AS

Pernyataan dari pejabat Federal Reserve tentang kemungkinan menggunakan alat-alat lain selain pemotongan suku bunga untuk menumpulkan dampak ekonomi dari Virus Corona membantu saham menahan penurunannya, kata Alicia Levine, Kpala Strategi BNY Mellon Investment Management di New York.

Meskipun demikian, "sangat tidak jelas apa dampak ekonomi yang akan terjadi," kata Levine.

Imbal hasil obligasi AS jangka panjang jatuh ke rekor terendah karena investor melarikan diri ke obligasi, yang harganya bergerak terbalik dengan imbal hasil mereka. Penurunan imbal hasil obligasi sangat membebani saham perusahaan keuangan, yang jatuh 3,3 persen. Indeks S&P 500 bank merosot 4,7 persen, menjadikan total penurunan minggu ini lebih dari delapan persen.

Saham operator kapal pesiar Carnival Corp dan Royal Caribbean Cruises Ltd turun setelah Reuters melaporkan bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump sedang mempertimbangkan cara-cara untuk mencegah para pelancong AS menggunakan kapal pesiar. Saham Carnival turun 2,6 persen dan saham Royal Caribbean turun 1,2 persen.

"Penurunan hari ini adalah semua tentang upaya untuk menahan penyebaran virus," kata Emily Roland, salah satu Kepala Strategi Investasi di John Hancock Investment Management di Boston. "Langkah-langkah yang diambil dapat mengurangi aktivitas perdagangan dan konsumen, dan pasar meresponsnya."

Data yang menunjukkan laju perekrutan yang kuat pada Februari sebagian besar diabaikan, mengingat bahwa data menangkap sedikit dampak dari Virus Corona. Penurunan tajam pada data pendapatan ekonomi dan perusahaan nanti kemungkinan akan memukul lebih lanjut pasar AS, kata para analis.

Baca juga: Harga minyak anjlok, setelah Rusia tolak pangkas produksi tajam OPEC

Indeks Volatilitas CBOE, yang dikenal sebagai "pengukur rasa takut Wall Street," mencapai level tertinggi sejak Agustus 2015 selama sesi ini tetapi mundur kembali karena saham memangkas kerugian. Indeks berakhir 2,32 poin lebih tinggi pada 41,94.

Saham Starbucks Corp turun 1,1 persen setelah rantai kedai kopi itu mengatakan pihaknya memperkirakan penjualannya di China pada kuartal yang berakhir Maret turun 50 persen di gerai-gerai yang dibuka selama setidaknya satu tahun.

Saham Costco Wholesale Corp turun 1,4 persen karena mengatakan pihaknya berjuang untuk memenuhi permintaan barang-barang kebutuhan pokok, termasuk disinfektan.

Volume transaksi di bursa AS mencapai 14,20 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 10,54 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.

Baca juga: Dolar jatuh, tertekan penurunan tajam imbal hasil obligasi AS


 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020