pada awal 2020, sempat terjadi keterlambatan penerbitan izin impor, namun saat ini sudah diterima dan produksi gula mulai terdistribusi kepada industri pengguna.
Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) menyampaikan bahwa ketersediaan gula industri atau gula kristal rafinasi (GKR) dalam kondisi aman karena kebutuhan setiap tahun sudah diperhitungkan.

“GKR setiap tahun sudah dihitung besar kebutuhannya. Jadi, telah dijadwalkan importasi bahan bakunya yaitu gula mentah atau raw sugar dan sudah dibuatkan kontrak untuk distribusianya kepada industri pengguna,” kata Ketua Umum Agri Benardi melalui pesan singkat diterima di Jakarta, Senin.

Benardi menyampaikan, pada awal 2020, sempat terjadi keterlambatan penerbitan izin impor, namun saat ini sudah diterima dan produksi gula mulai terdistribusi kepada industri pengguna.

Baca juga: Peneliti desak kebijakan impor gula betul-betul dievaluasi

Terkait langkanya gula konsumsi di pasaran, Benardi mengatakan sebenarnya kondisi tersebut dapat diprediksi sejak tahun lalu, yaitu dengan menghitung produksi gula konsumsi (gula kristal rutih) dan berapa banyak kebutuhannya.

“Sepengetahuan saya sudah dibahas dalam rakortas di Kemenko Bidang Perekonomian pada September 2019,” ujar Benardi.

Kendati tidak berkaitan langsung dengan pasar, defisit gula konsumsi yang terjadi saat ini menurut Benardi, dapat dipenuhi dengan pembukaan izin impor raw sugar untuk diproduksi menjadi gula konsumsi.

Dalam hal ini, sudah beberapa pabrik gula yang diberikan izin impor. “Jadi yang diimpor adalah raw sugar, bukan gula konsumsi (GKP),” pungkas Benardi.
Baca juga: Langsung lelang, Bulog ditugasi impor 29.750 ton gula mentah

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020