Tahun pertama itu belum bisa dapat beasiswa, kan dinilai dulu sama Supersemar. Nah tahun kedua, saya dapat Supersemar sampe S2 sampe S3
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD menceritakan pengalamannya semasa berkuliah yang pernah merasakan beasiswa Supersemar hingga menjadi menteri seperti sekarang.

"Saya itu lulusan sekolah madrasah. Ketika lulus sekolah madrasah itu, ketika ibtidaiyah maunya segera bekerja. Jadi, lulus SD saya masuk ke pendidikan guru agama. Maunya jadi guru agama, ngajar SD sambil ngajar ngaji di kampung," katanya di Jakarta, Selasa.

Hal tersebut disampaikannya saat membuka Forum Komunikasi dan Koordinasi Peningkatan Peran Keluarga Mahasiswa dan Alumni Penerima Beasiswa Supersemar (KMA-PBS) di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta.

Baca juga: Mahfud: Jangan puas jadi sarjana, jadilah intelektual cendekiawan

Namun, Mahfud juga berpikir alternatif lain, yakni ingin menjadi hakim agama sehingga bersekolah di Pendidikan Hakim Islam Negeri di Yogyakarta, setingkat SMA.

"Maka saya masuk ke pendidikan hakim negeri, habis itu saya ingin bekerja. Karena orang tua pensiunan PNS golongan II C. Kecil sekali, pegawai di pemda untuk membiayai anak sekolah itu, agak susah kalau ke perguruan tinggi," katanya.

Oleh karena itu, Mahfud memutuskan mendaftar sebagai calon pegawai negeri sipil (CPNS) di Kementerian Agama berbekal ijazah SMA, tetapi ternyata tidak lolos.

Singkat cerita, Mahfud kemudian mencari universitas untuk berkuliah, tetapi terkendala biaya sehingga sempat mendaftar di Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) yang pendidikannya gratis, tetapi terlalu lama menunggu waktu pembukaan seleksi.

"Akhirnya, saya cari sekolah yang masih buka, saya tetap jadi hakim dan masuk fakultas hukum UII di Yogyakarta, dan saya merangkap juga di Fakultas Sadaya (Sastra dan Kebudayaan) UGM, Jurusan Bahasa Arab," katanya.

Meskipun terkendala biaya, Mahfud nekat berkuliah di dua perguruan tinggi hingga pada tahun kedua mendapat beasiswa Supersemar yang membantunya hingga pendidikan S2 dan S3.

"Jadi, saya sekolah dua, orang tua miskin, tapi berani sekolah dua. Tahun pertama itu belum bisa dapat beasiswa, kan dinilai dulu sama Supersemar. Nah tahun kedua, saya dapat Supersemar sampe S2 sampe S3," kenangnya.

Meskipun tidak lolos menjadi PNS, Mahfud mengambil hikmah bahwa ternyata Allah SWT sudah mengatur jalan hidup yang terbaik baginya karena bisa menjadi menteri seperti sekarang.

Bahkan, Mahfud pun merasakan menjadi profesor, Ketua Mahkamah Konstitusi, hingga anggota DPR.

"Coba kalau saya lulus, temen sekolah saya yang diterima sekarang sudah pensiun dari kepala KUA," kata Mahfud.

Baca juga: Mahfud: Kritisi Omnibus Law boleh, curiga berlebihan jangan
Baca juga: Mahfud: Danai terorisme sama juga teroris
Baca juga: Aksi Gejayan Memanggil Lagi, Mahfud: Bagian dari aspirasi

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2020