Untuk tahun ini minimum lima universitas kita bisa kerja sama. Universitas ini yang punya unit kegiatan mahasiswa yang khusus biodiversitas
Jakarta (ANTARA) - Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) menargetkan kerja sama dengan minimum lima universitas di Indonesia pada 2020 untuk menciptakan anak-anak muda atau mahasiswa yang peduli dan bertindak untuk pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati atau "biodiversity warrior".

"Untuk tahun ini minimum lima universitas kita bisa kerja sama. Universitas ini yang punya unit kegiatan mahasiswa yang khusus biodiversitas," kata Direktur Komunikasi dan Penggalangan Sumber Daya Yayasan Kehati Rika Anggraini kepada ANTARA saat berkunjung ke LKBN ANTARA di Jakarta, Selasa.

Ia menjelaskan tiap universitas ditargetkan menciptakan sebanyak 200 orang "biodiversity warrior".

"Biodiversity warrior" itu disyaratkan untuk mengajak mahasiswa dari perguruan tinggi lain untuk terlibat dalam kegiatan lingkungan mereka.

"Kita mensyaratkan mereka juga mengajak mahasiswa dari luar kampus. Kalau mereka menjadi 'warrior', mereka juga harus bisa menyosialisasikan keanekaragaman hayati," katanya.

Ia mengatakan dua universitas yang sudah menyatakan kesediaannya adalah Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan  London School of Public Relation (LSPR). Sementara tiga universitas negeri lain yang ditargetkan untuk bisa bekerja sama membangun "biodiversity warrior" adalah di Lampung, Jambi dan Padang.

"Nanti Kehati memfasilitasi kegiatan mahasiswa dalam satu tahun dalam bentuk dana, tetapi dananya itu untuk beberapa kegiatan yang sesuai dengan misi kami yang fokusnya kegiatan lingkungan, keanekaragaman hayati, seperti apakah mereka mau mendaki gunung sambil mengidentifikasi spesies," katanya.

Hasil identifikasi spesies itu kemudian dapat dipublikasikan melalui foto dan video.

Dibentuk oleh Yayasan KEHATI pada tahun 2014, "biodiversity warriors" adalah gerakan pemuda yang bertujuan untuk memopulerkan keanekaragaman hayati Indonesia, baik dari segi keunikan, potensi, manfaat, dan pelestariannya.

Anggotanya melakukan kegiatan, baik di luar jaringan melalui praktik lapangan, dan dalam jaringan di akun media sosial dan media publikasi lain melalui pemuatan artikel dan foto.

Selain itu, "biodiversity warrior" akan mendapatkan satu kali kuliah umum di kampus, ikut dalam komunitas biodiversitas, mengikuti pelatihan tentang upaya pelestarian keanekaragaman hayati dan konservasi.

Mereka akan belajar memahami keanekaragaman hayati dan berpartisipasi dalam perlindungan dan pelestariannya. Mereka bisa berasal dari berbagai jurusan.

"Upaya-upaya konservasi itu tidak hanya bisa di tingkat tapak saja tapi juga harus menjaring publik yang lebih luas lagi tapi interpretasi tentang keanekaragaman hayati kepada masyarakat bisa dilakukan anak-anak muda ini. Mereka bisa menerjemahkan apa yang mereka pahami tentang keanekaragaman hayati menjadi sebuah kegiatan karena mahasiswa ini adalah masa depan bangsa," katanya.

Melalui kerja sama itu, universitas juga diharapkan punya kepentingan untuk membina mahasiswa-mahasiswanya untuk bergerak dalam upaya pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati.

Ia menambahkan universitas bersama "biodiversity warrior"-nya harus mengajukan proposal kegiatan program yang akan dinilai oleh Yayasan Kehati untuk diberikan dana bantuan program.

"Programnya kami danai, monitor dan terus dievaluasi," demikian Rika Anggraini.

Baca juga: Yayasan Kehati: 100 calon mendaftar berebut Kehati Award 2020

Baca juga: Kehati minta Omnibus Law cerminkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Baca juga: Kehati: pulau-pulau kecil di Indonesia terancam


Baca juga: Indonesia alami degradasi keanekaragaman hayati


 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020