Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa industri bank perkreditan rakyat (BPR) memiliki daya tahan relatif baik, dan belum banyak terpengaruh oleh krisis keuangan global.

"Ini antara lain ditunjukkan oleh peningkatan fungsi intermediasi, sehingga tetap mampu mendukung pembiayaan kegiatan ekonomi khususnya skala mikro kecil dan menengah," kata Kepala Biro Pengembangan BPR dan UMKM Direktorat Kredit, BPR, dan UMKM BI, Khairil Anwar.

Khairil Anwar menyatakan hal itu dalam seminar penguatan lembaga keuangan mikro sebagai lembaga pembiayaan UMKM di era krisis keuangan global di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, dalam kurun waktu 7 tahun terakhir (Desember 2000-Desember 2008), industri BPR tumbuh signifikan tercermin dari pertumbuhan aset 27,65 persen, pertumbuhan kredit 27,87 persen, dan pertumbuhan dana pihak ketiga 27,86 persen per tahun.

Ia menyebutkan, dalam kondisi krisis global (September - Desember 2008), aktivitas penghimpunan dana meningkat mengikuti trend pertumbuhannya yaitu sebesar satu persen.

Trend penyaluran kredit sedikit berfluktuasi dengan rata-rata penurunan sekitar 0,3 persen yang berpengaruh pada sedikit merosotnya rasio LDR menjadi sebesar 82,55 persen.

"Hal ini antara lain diakibatkan oleh menurunnya sumber dana dari linkage program bank umum dengan rata-rata penurunan sejak awal krisis hingga akhir tahun sebesar 1,83 persen," katanya.

Kondisi krisis yang juga berimbas pada sektor riil berpengaruh pada peningkatan NPL BPR (gross) menjadi sebesar 9,88 persen (akhir 2008) dibanding posisi September 2008 sebesar 6,98 persen.

"Secara industri, CAR BPR masih terjaga stabil dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,01 persen atau 23,34 persen pada Desember 2008," katanya.

Ia menyebutkan, per Desember 2008, jumlah BPR mencapai 1.772 BPR dengan total aset Rp32,53 triliun, dana pihak ketiga Rp21,34 triliun, dan penyaluran kredit Rp25,47 triliun.

Sementara itu Direktur Pinjaman dan Hibah Luar Negeri Ditjen Pengelolaan Utang Depkeu, Maurin Sitorus mengatakan, selain diharapkan memberikan kontribusi rekomendasi kebijakan pengembangan UMKM, seminar juga diharapkan memberikan rekomendasi untuk dibahas dalam sidang tahunan ADB pada Mei 2009 mendatang.

"Sebagai dampak krisis keuangan global, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan menjadi hanya 4-5 persen, perlambatan ini akan berdampak pada masyarakat lapisan bawah," katanya.

Pemerintah mengharapkan, lembaga keuangan mikro dapat meningkatkan fungsi untuk mendukung pembiayaan kegiatan ekonomi skala mikro kecil menengah.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009