Kupang (ANTARA) -
Ratusan personel Polri dan TNI dari sejumlah daerah yang dikirim ke Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), pascapecah "perang tanding" antarwarga dua suku di wilayah itu masih siaga.

"Personel belum ditarik. Semua masih tetap siaga di Adonara," kata Kepala Kepolisian Resor Kabupaten Flores Timur AKBP Deny Abraham kepada ANTARA, Kamis.

Dia mengemukakan hal itu berkaitan dengan situasi terakhir di Pulau Adonara, dan pengamanan pascapecah "perang tanding" antardua suku memperebutkan lahan yang menewaskan enam orang.

Baca juga: Kapolres: Tokoh adat dua suku desa Andosi komit jaga kamtibmas

Menurut dia, keberadaan personel di wilayah itu terus dievaluasi sesuai dengan perkembangan situasi keamanan di wilayah paling timur Pulau Adonara itu.

"Situasi keamanan sudah kondusif tetapi aparat masih tetap siaga," katanya.

Para personel yang melakukan pengamanan saat ini terdiri atas aparat kepolisian dari Polres Flores Timur dan jajaran Polsek sebanyak 1 SSK (Satuan Setingkat Kompi) berjumlah sekitar 100 orang.

Baca juga: Konflik di Adonara perlu diselesaikan melalui pendekatan adat

Sementara personel polisi BKO dari daerah lain di antaranya Kabupaten Lembata sebanyak 1 SST (Satuan Setingkat Peleton) berjumlah 30 orang, Kabupaten Sikka 1 SST, Dalmas Polda NTT 1 SST, serta personel Brimob dari Sikka 1 SSK.

Pengamanan juga dibantu personel TNI dari Komando Distrik Militer (Kodim) setempat sebanyak 1 SST.

Baca juga: Pengamat sebut butuh tim khusus tangani konflik di Adonara

Peristiwa "perang tanding" antarwarga dua suku di Desa Sandosi pecah pada Kamis (5/3) pagi di wilayah perkebunan Wulen Wata dan menewaskan enam orang.

Korban tewas dari suku Kwaelaga masing masing berinisial MKK (80), YMS (70), YOT (56), dan SR (68), sedangkan dari Suku Lamatokan adalah YH (70) dan WK (80).

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2020