Seoul (ANTARA) - Bursa saham Korsel anjlok hampir empat persen pada akhir perdagangan Kamis, di tengah meningkatnya kekhawatiran atas wabah COVID-19, yang menyebar cepat di seluruh Eropa baru-baru ini.

Indeks Harga Saham Gabungan Korea (KOSPI) menukik 73,94 poin atau 3,87 persen menjadi 1.834,33 poin, dengan volume transaksi mencapai 837,1 juta saham senilai 11,1 triliun won (9,2 miliar dolar AS).

Ketidaknyamanan atas penyebaran COVID-19 membuat KOSPI turun tajam, ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan virus corona baru sebagai pandemi global, mendorong investor untuk menjual aset-aset berisiko.

Pada Kamis pagi, jumlah pasien yang terinfeksi di Korea Selatan mencapai 7.800, dibandingkan dengan lebih dari 12.000 di Italia dan lebih dari 2.000 di Prancis dan Spanyol.

Negara itu berencana untuk memberlakukan prosedur imigrasi yang lebih ketat pada lima negara Eropa lagi, termasuk Inggris, Prancis, Jerman, Spanyol dan Belanda, akhir pekan ini di samping Italia.

Khawatir dengan pandemi COVID-19, KOSPI jatuh lebih dari lima persen dalam perdagangan, memimpin operator bursa untuk mengaktifkan apa yang disebut sidecar untuk pertama kalinya dalam lebih dari delapan tahun.

Sidecar dikenakan untuk menghentikan program perdagangan selama lima menit ketika saham berfluktuasi lebih dari lima persen selama setidaknya satu menit. Terakhir kali diaktifkan adalah pada Oktober 2011.

VKOSPI, indeks volatilitas dari indeks KOSPI 200, melonjak 14,55 persen menjadi 43,07, menandai penutupan tertinggi dalam delapan setengah tahun.

Investor asing membuang saham lokal, sementara investor institusional dan ritel adalah pembeli bersih.

Saham-saham berkapitalisasi besar melemah. Pemimpin pasar Samsung Electronics tergelincir lebih dari dua persen, dan raksasa chip memori SK Hynix berkurang lebih dari tiga persen.

Perusahaan kimia terkemuka LG Chem jatuh lebih dari enam persen, sementara mesin pencari yang paling sering digunakan Naver dan pembuat mobil terkemuka Hyundai Motor ditutup lebih rendah.

Mata uang lokal turun tajam terhadap dolar karena sentimen menguat untuk menghindari mata uang berisiko dari pasar negara berkembang.

Nilai tukar won terhadap dolar naik 13,5 won menjadi berakhir pada 1.206,5 won per dolar, menandai kenaikan tercepat dalam sekitar tujuh bulan.

Harga obligasi berakhir beragam. Imbal hasil surat berharga tiga-tahun yang likuid kehilangan 2,4 basis poin menjadi 1,062 persen, tetapi imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun bertambah 1,8 basis poin menjadi 1,387 persen, demikian Xinhua.

Baca juga: Bursa saham Seoul berakhir jatuh 2,78 persen
Baca juga: Saham Korea Selatan "rebound" dipicu harapan langkah stimulus
Baca juga: Dibayangi sengketa dagang, indeks saham Korsel jatuh beruntun 6 hari

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020