Kalau perusahaan lagi lemah diharap buyback nanti malah tidak produksi
Jakarta (ANTARA) - Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan upaya pembelian kembali atau buyback saham diharapkan hanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan BUMN dengan kondisi kinerja keuangan solid.

"Kita kan kembali konsekuensinya harus menjaga kekuatan masing-masing perusahaan. Kalau perusahaan lagi lemah diharap buyback nanti malah tidak produksi," ujar Erick Thohir di Jakarta, Kamis.

Menteri BUMN tersebut juga menambahkan bahwa yang namanya buyback itu bukan berarti diperintahkan uangnya langsung dihabiskan, namun proses dari buyback itu terus berjalan atau akan dilakukan secara bertahap.

Sebelumnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis anjlok 5,01 persen hingga terkena pembekuan perdagangan sementara (trading halt).

IHSG ditutup melemah 258,36 poin atau 5,01 persen ke posisi 4.895,75. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 50,13 poin atau 6,12 persen menjadi 769,64.

Melemahnya pada IHSG khususnya maupun indeks global pada umumnya lebih dipengaruhi oleh faktor penyebaran COVID-19 yang secara masih masif dan telah dideklarasikan WHO sebagai pandemik internasional karena penyebaran virus tersebut telah mencapai 118 negara.

Kementerian BUMN sendiri telah melakukan koordinasi dengan 12 BUMN untuk melakukan pembelian kembali saham.

"Tadi sudah koordinasi untuk buyback saham, ada 12 BUMN yang akan buyback, nilainya Rp7 triliun sampai Rp8 triliun," ujar Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga

Arya mengatakan bahwa rencana pembelian kembali saham tersebut terdiri dari sektor perbankan yakni Bank Mandiri, BRI, BNI, BTN, kemudian sektor konstruksi Wika, PP, Adhi Karya, Jasa Marga, Waskita, lalu sektor pertambangan yakni Antam, PT Bukit Asam dan PT Timah.

Baca juga: Komisi VI minta BUMN hati-hati "buyback" saham
Baca juga: BUMN asuransi diminta dukung program "buy back"


Pewarta: Aji Cakti
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020