New York (ANTARA) - Minyak mentah jatuh pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah Presiden Donald Trump membatasi perjalanan ke Amerika Serikat dari Eropa sebagai bagian dari langkah-langkah untuk mencoba menghentikan penyebaran virus corona setelah Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan wabah itu sebagai pandemi.

Banjir pasokan minyak murah juga datang ke pasar dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab menambah tekanan pada harga. Para produsen Teluk Arab meningkatkan produksi saat mereka melakukan ofensif dalam perang harga minyak dengan Rusia.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei, merosot 2,57 dolar AS atau 7,2 persen, menjadi ditutup pada 33,22 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April turun 1,48 dolar AS atau 4,5 persen menjadi menetap pada 31,50 dolar AS per barel.

Ekuitas global anjlok dan indeks Dow Jones berada di jalur untuk kinerja terburuk sejak "Black Monday" Wall Street pada 1987 setelah Trump mengumumkan pembatasan perjalanan.

Harga-harga memangkas kerugian secara singkat setelah Federal Reserve Bank New York mengatakan akan meningkatkan pembelian surat utang pemerintah dan meluncurkan operasi repo baru, tetapi rebound memudar dengan cepat di seluruh pasar.

"Pembantaian pasar global terus berlanjut ketika Wall Street berjuang untuk memahami berapa lama pandemi global akan mengganggu perjalanan, perdagangan dan kehidupan sehari-hari," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA di New York, seperti dikutip Reuters.

"Minyak mentah Brent tampaknya siap untuk dijual 10 persenkarena prospek permintaan sepertinya hanya akan semakin buruk."

Permintaan minyak global akan mengalami kontraksi pada 2020 untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade, dengan Badan Energi Internasional (IEA) pekan ini menurunkan perkiraan tahunannya hampir satu juta barel per hari, atau satu persen dari permintaan global.

Permintaan pada kuartal pertama telah turun tajam pada tahun ini, sebagian besar karena dampak virus pada aktivitas ekonomi di China.

Baik Brent maupun WTI anjlok sekitar 50 persen dari tertinggi yang dicapai pada Januari. Mereka mengalami penurunan satu hari terbesar sejak Perang Teluk 1991 pada Senin (9/3/2020) setelah Arab Saudi melancarkan perang harga.

Perbedaan contango Brent enam dari Mei hingga November melebar hingga sebanyak 7,31 dolar AS per barel, level yang tidak terlihat sejak Januari 2015.

Contango adalah dimana harga berjangka suatu komoditas lebih tinggi dari harga untuk membelinya sekarang. Itu mendorong perusahaan minyak dan pedagang untuk memompa minyak ke penyimpanan - baik di darat atau di tanker di laut - dengan tujuan untuk menjualnya nanti dengan keuntungan.

Biaya untuk mengangkut minyak dengan supertanker melonjak karena produsen utama bergegas untuk mengamankan kapal guna mengirim lebih banyak minyak mentah dan perusahaan mencari kapal untuk penyimpanan.

Ketika eksportir minyak utama Arab Saudi bergerak cepat untuk meningkatkan produksi, Rusia terjebak oleh keputusan yang pekan lalu menyebabkan runtuhnya aliansi dengan Riyadh dan produsen lainnya. Moskow mengatakan bahwa tidak ada pengurangan poin produksi karena kemungkinan akan terlalu sedikit untuk mengimbangi dampak virus pada permintaan global.

Untuk saat ini, kedua belah pihak sedang melakukan perang harga, kata Ehsan Khoman, kepala penelitian dan strategi MENA di MUFG.

"Kami percaya bahwa kedua belah pihak memiliki kapasitas keuangan yang cukup dan tujuan yang cukup berbeda untuk mempertahankan perang harga minyak selama beberapa kuartal, bukan bulan," katanya.

Arab Saudi telah meningkatkan upaya untuk memeras kadar minyak Ural Rusia dari pasar utamanya dengan menawarkan barel murahnya sendiri kepada para penyuling di seluruh dunia yang membeli minyak mentah Rusia, kata tujuh sumber minyak, seperti dilaporkan Reuters.

Dengan permintaan turun tajam dan produksi meningkat dengan cepat, pasar menghadapi surplus besar pada April. Perkiraan untuk lingkup kelebihan pasokan bervariasi. Itu bisa sebanyak enam juta barel per hari, kata Kirill Tachennikov, direktur dan analis minyak senior di BCS Global Markets di Moskow.

Baca juga: Minyak jatuh setelah Saudi Aramco perintahkan peningkatan produksi
Baca juga: Harga minyak melonjak didukung harapan stimulus ekonomi

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2020