Kupang (ANTARA) - Dekan Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Gustaf Oematan, meminta pemerintah daerah di Nusa Tenggara Timur (NTT) melakukan langkah-langkah masif dalam mencegah penyebaran virus flu babi Afrika di wilayah itu.

"Sebenarnya ada beberapa langkah yang sudah dilakukan pemerintah daerah untuk mencegah masuknya virus flu babi ini ke wilayah NTT, tapi tidak masif, sehingga informasi itu sebagian tidak sampai di peternak," kata Gustaf Oematan kepada ANTARA di Kupang, Jumat.

Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan merebaknya virus flu babi Afrika atau virus African Swine Fever (ASF), di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mengakibatkan ribuan ekor ternak mati, dan langkah pencegahan yang sudah dilakukan pemerintah.

Menurut dia, virus ASF ini sebenar sudah dideteksi beberapa bulan yang lalu di beberapa tempat, dan terakhir di negara Timor Leste yang berbatasan dengan Indonesia.

Baca juga: Pengamat: Perlu langkah serius atasi flu babi di NTT
Baca juga: Kasus flu babi di NTT, Kementan perketat produk hewan dari Timur Leste
Baca juga: Kementan awasi pemotongan babi untuk Hari Raya Galungan dan Kuningan


Wilayah NTT adalah bagian dari Indonesia yang berbatasan darat dengan Timor Leste, sehingga virus dapat dengan mudah menyebar ke wilayah NTT.

Menurut dia, sebenarnya pemerintah telah melakukan tindakan preventif, tapi sepertinya tidak serius, sehingga penyebaran virus tersebut sudah meluas di seluruh wilayah di daratan Timor.

"Kalau ada kasus, baru pemerintah turun untuk melakukan tindakan. Sudah banyak ternak yang mati dan merugikan para petani," katanya.

"Sebut saja 3.000 ekor babi yang mati dengan hitungan satu ekor paling rendah Rp3.000.000, maka secara ekonomi ada kerugian sekitar Rp9 miliar dalam waktu tidak sampai satu bulan," katanya.

Menurut dia, sebenarnya yang harus dilakukan pemerintah adalah pengetatan dan atau penutupan distribusi komoditas peternakan dari daerah yang positif kena virus ASF melalui karantina.

Selain melakukan vaksinasi terhadap ternak-ternak sebelum virus itu menyebar. "Berikan pemahaman kepada para peternak untuk meningkatkan manajemen sanitasi pemeliharaan ternak, terutama pakan (pemberian pakan yang baik dengan vitamin yang cukup) dan perkandangan," katanya menjelaskan.

Karena menurut dia, membasmi virus sangat sulit kerena virus selalu bermutasi membentuk virus baru sehingga sulit untuk diobati.

Jika pemerintah serius dengan melakukan langkah-langkah tersebut, minimal risiko kematian ternak dapat dielimanasi, katanya.*

Baca juga: Kementan: Kematian 888 babi di Bali belum pasti Flu Babi Afrika
Baca juga: Kadistan Bali sebut tercatat 808 ekor babi terkena ASF
Baca juga: Mentan akan isolasi daerah terjangkit demam babi

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020