Jakarta (ANTARA) — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada Kamis (12/03), mengumumkan bahwa wabah penyebaran virus corona (COVID-19) telah berstatus sebagai pandemi global. Pasalnya, virus yang pertama kali dilaporkan muncul di kota Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok ini, telah menjangkiti sekitar 114 negara di seluruh dunia.

Berbeda dari epidemi, yang berarti sebuah wabah penyakit hanya menyerang area atau negara tertentu, pandemi memiliki definisi bahwa wabah penyakit telah menyebar ke lebih dari satu negara, atau bahkan berpotensi ke seluruh dunia.

Hingga Jumat (13/03), jumlah pasien positif corona mencapai 131.627 jiwa, 4.615 diantaranya meninggal dunia, dan 67.003 diantaranya dinyatakan sembuh. 

Tiongkok masih menempati posisi teratas dengan total 80.921 kasus, diikuti Italia yang mencapai 12.462 kasus. Selanjutnya, Iran sebanyak 9.000 kasus, dan Korea Selatan yang dilaporkan sebanyak 7.755 kasus. Terakhir, di Perancis mencapai 2.284 kasus.

Sementara, di Indonesia sendiri, hingga Jumat (13/03), dilaporkan terdapat 34 kasus, dimana 3 diantaranya sembuh, dan 1 meninggal dunia. 

Terkait penetapan status wabah virus corona menjadi pandemi, WHO telah menghimbau agar seluruh negara menerapkan kondisi darurat dan melakukan langkah cepat dalam menemukan, memisahkan, menguji, dan mengobati kasus COVID-19 dan segera melacak setiap kontak.

Dlansir dari keterangan tertulis WHO, penetapan status pandemi tersebut tak lain dipicu oleh semakin cepat dan luasnya penyebaran COVID-19 di seluruh dunia. 

“WHO, bahkan, telah merespon sepenuhnya sejak kasus pertama. Saat ini, kami menyerukan seluruh negara agar mengambil langkah yang cepat dan terukur untuk mencegah penyebaran virus ini,” tulis WHO pada situs resminya.

Merespon merebaknya virus corona di Indonesia, Pemerintah Indonesia telah merancang langkah-langkah tindakan, pencegahan, dan mitigasi secara bersamaan, dan mensinergikan berbagai sektor.  

Berjalan secara paralel dengan gencarnya sosialisasi pencegahan penularan COVID-19, Pemerintah pun telah menunjuk sedikitnya 137 rumah sakit rujukan bagi pasien COVID-19 di seluruh Indonesia, diantaranya adalah RSPI Sulianti Saroso, RSUP Persahabatan, RSUD Pasar Minggu, RSUD Tangerang, RS Polri Sukamto, RSAL Mintoharjo, RS Fatmawati, dan RSPAD Gatot Subroto.

Kesiapan rumah sakit BUMN

Menteri Badan Usaha Milik Negara. Erick Thohir menyatakan rumah sakit-rumah sakit milik BUMN, yang tergabung di dalam Indonesian Healthcare Corporation (IHC) Pertamedika, siap membantu pemerintah dalam penanganan virus corona, salah satunya adalah dengan merawat dan mengisolasi pasien.

“Total 65 RS BUMN, dengan ruang perawatan khusus sebanyak 155 tempat tidur, dan 66 safe house,” ujar Erick Thohir ketika mengunjungi RS Pertamina Jaya di Jakarta, Kamis (12/9). 

Meskipun belum ditunjuk sebagai RS rujukan penanganan pasien COVID-19, Erick optimistis jaringan rumah sakit BUMN mampu menangani perawatan bagi pasien positif COVID-19.

“Sangat yakin dan bisa lebih baik dari (rumah sakit) swasta karena kita orientasi melayani masyarakat, tidak sekedar bisnis,” ungkapnya.

IHC Pertamedika meliputi 65 rumah sakit yang tersebar di seluruh Indonesia. Di Jakarta dan Banten terdapat empat unit, yakni RS Pertamina Pusat (RSPP), RS Krakatau Medika, RS Pertamina Jaya (RSPJ), dan RS Pelni.  DI Jawa Tengah dan Jawa Timur, diantaranya terdapat RS PHC (Surabaya), RS Lavalette (Malang), RSP Cirebon, dan RSP Cilacap. 

Di Sumatera terdapat 12 RS, diantaranya adalah RSP Plaju (Sumsel), RS Prima Inti Medika (Aceh), RSP Pangkalan Brandan (Sumut), dan RS Bakti Timah Muntok (Babel). Sementara di Kalimantan terdapat lima RS yang meliputi RSP Balikpapan, RSP Tanjung dan RS Danau Salak(Kalsel), RS Parindu (Kalbar), dan RSP Tarakan (Kaltara). 

IHC Pertamedika juga hadir di bagian timur Indonesia, tepatnya di Sorong, provinsi Papua Barat, yakni RSP Sorong.

Ditemui oleh Antara beberapa waktu lalu, Direktur IHC Pertamedika Dr.dr. Fathema Djan Rachmat mengatakan, selain ruang isolasi bertekanan negatif, pihaknya pun telah menyiapkan prosedur operasi standar penanganan pasien dalam kategori pemantauan dan pengawasan virus corona.  

Lebih lanjut, IHC Pertamedika pun telah mengembangkan sistem pelacakan untuk menemukan potensi kasus.

“Indonesia bersatu lawan wabah ini maka kita perlu mengembangkan sistem pelacakan untuk mengidentifikasi pasien-pasien atau orang-orang dalam pengawasan,” ujarnya.

Fathema melanjutkan, mencontohkan bagaimana pemerintah Tiongkok dengan cepat mengatasi penyebaran wabah COVID-19 dengan metode pelacakan cepat, yaitu ceoat mengidentifikasi dan melakukan observasi.

“Sehingga kita bisa belajar dari mereka. Hal ini pun telah disimulasikan agar kami sudah siap sedia ketika ada pasien datang,” tukasnya.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2020