Jakarta (ANTARA) - Kepala Lembaga Biologi Molekuler EIjkman Prof Amin Soebandrio mengatakan merokok dapat meningkatkan risiko untuk tertular virus Corona yang menyebabkan COVID-19 maupun virus dan penyakit lainnya.

"Berbeda dengan bakteri, virus hanya bisa tumbuh di dalam sel hidup. Untuk bisa masuk ke dalam sel, virus perlu tempat berlabuh atau reseptor," kata Amin dalam taklimat media yang diadakan Komite Nasional Pengendalian Tembakau di Jakarta, Jumat.

Amin mengatakan reseptor untuk virus Corona untuk bisa masuk ke dalam sel adalah ACE2, CD209, dan CLEC4M. Setelah masuk ke dalam sel melalui reseptor, virus akan melakukan replikasi sehingga semakin banyak virus di dalam sel.

Semakin banyak reseptor ACE2, CD209, dan CLEC4M, maka juga akan semakin banyak virus Corona yang bisa masuk ke dalam sel di dalam tubuh manusia.

Baca juga: Berbagi rokok, beberapa teman di Thailand tertular corona

Baca juga: Dinkes Surakarta: 62 orang dikarantinakan mandiri setelah satu tewas

Baca juga: Hoaks, Kota Kasablanka "lockdown"


"Menurut hasil studi yang masif dilakukan di China setelah kasus COVID-19 merebak, ditemukan ACE2 dan CD209 diekspresikan lebih banyak di paru-paru perokok," tuturnya.

Amin mengatakan merokok dapat mengubah sel paru-paru menjadi lebih rentan terhadap infeksi virus Corona melalui peningkatan ekspresi ACE2 dan kemudian memfasilitasi virus untuk masuk.

"Pada perokok ACE2 dan CD209 sangat menonjol. Kalau pelabuhan semakin banyak, yang berlabuh juga akan lebih banyak. Karena itu perokok lebih besar peluang terinfeksi virus Corona," tuturnya.

Sekelompok peneliti dari China dengan beragam latar belakang institusi menyebutkan keparahan virus Corona pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan karena laki-laki di China kebanyakan adalah perokok berat.

Penelitian tersebut juga menemukan bahwa 61,5 persen penderita pneumonia berat akibat virus Corona adalah laki-laki dan tingkat kematian 4,45 persen pada laki-laki dan 1,25 persen pada perempuan.

Sementara itu, studi lainnya menyebutkan 99 orang pasien dari Rumah Sakit Jinyintan Wuhan yang dirawat selama 20 hari, 11 orang meninggal pada akhir penelitian dan diketahui tiga orang adalah perokok dengan dua kematian pertama adalah perokok laki-laki.*

Baca juga: Menilik kesiapan rumah sakit BUMN hadapi pandemi Covid-19

Baca juga: Pengelola sebar info penutupan Taman Margasatwa Ragunan melalui medsos

Baca juga: Jambu biji dan senyawa potensial pencegah COVID-19

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020