Surabaya (ANTARA) - Komisi D Bidang Kesra DPRD Kota Surabaya meminta pemerintah kota setempat mempertimbangkan perlu dan tidaknya mengambil kebijakan lockdown atau isolasi sebagai dampak antisipasi penyebaran Virus Corona atau COVID-19.

Sekretaris Komisi D DPRD Kota Surabaya, dr. Akmarawita Kadir, di Surabaya, Jatim Minggu, mengatakan ada beberapa hal penting yang harus disiapkan oleh pemerintah kota jika harus mengambil keputusan lockdown antara lain adalah kepatuhan warga, ketegasan aparat, menjamin ketersediaan bahan pokok termasuk permakanan bagi warga tidak mampu, kekuatan informasi dan komunikasi.

Baca juga: WNI positif COVID-19 di Singapura jadi 8 orang

"Salah satu contoh pengendalian yang menurut saya belum berhasil dan butuh perhatian adalah, langka dan mahalnya masker dan hand sanitazer (pembersih tangan) di Kota Surabaya, ini merupakan contoh pengendalian yang tidak berhasil di atasi oleh pemkot," katanya.

Menurut dia, peran Pemerintah Kota Surabaya saat ini adalah harus menjalankan protokol-protokol yang dibuat oleh pemerintah pusat dan dikondisikan dengan keadaan di Kota Surabaya yakni melakukan pemantauan khususnya di ruang-ruang publik, transportasi, dan membatasi adanya kerumunan.

Banyak protokol yang telah dibuat oleh pemerintah pusat seperti, protokol kesehatan, protokol ruang publik, protokol perbatasan, protokol transportasi, dan protokol komunikasi, termasuk mengantisipasi/meng-counter hoaks yang banyak beredar

"Kegagalan mengendalikan seluruh protokol akan menyebabkan mudahnya penyebaran virus corona ini," ujar politikus Partai Golkar ini.

Baca juga: Suhu tubuh penumpang kereta api di Pariaman diperiksa

Apabila tidak bisa dikendalikan, lanjut dia, mungkin langkah yang paling tepat adalah lockdown atau isolasi untuk memutus mata rantai penularan virus corona ini, tetapi apabila bisa dikendalikan maka lockdown tidak perlu dilakukan.

Pemerintah Kota Surabaya saat ini telah melakukan beberapa langkah mulai sosialisasi pencegahan, kesiapan layanan kesehatan rumah sakit milik pemkot, penyediaan fasilitas kesehatan khusus kerja sama dengan Rumah Sakit Universitas Airlangga (Unair), penolakan kapal pesiar dan yang terbaru peniadaan semua kegiatan Car Free Day (CFD). Bahkan Dinas Pendidikan Surabaya meliburkan siswa TK,SD dan SMP mulai mulai Senin (16/3) hingga Sabtu (21/3).

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita sebelumnya menyatakan meski kasus virus corona belum ditemukan di Surabaya, namun pihaknya mengimbau kepada masyarakat agar tidak perlu panik, tapi tetap waspada, salah satunya yakni dengan menghindari atau meminimalisir daerah kerumunan massa.

Selain itu, Febria menyebut bahwa menjaga kebiasaan cuci tangan menggunakan sabun adalah cara yang terpenting dalam mencegah penularan Virus Corona. Ketika seseorang mengalami batuk, lanjut dia, diharapkan agar menutup menggunakan tisu atau sapu tangan.

"Hindari menutup dengan menggunakan tangan, tapi yang terpenting adalah tetap menjaga stamina tubuh, istirahat yang cukup dan menghindari stres," katanya.

Baca juga: DPRD Surabaya dukung TK-SD-SMP diliburkan antisipasi dampak COVID-19
Baca juga: Antisipasi dampak COVID-19, siswa SD dan SMP di Surabaya diliburkan
Baca juga: RSUDAM Lampung isolasi satu pasien dalam pengawasan

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020