Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) akan meninjau ulang pola V shape dari dampak penyebaran COVID-19 karena ekonomi melambat berpotensi lebih lama seiring meluasnya negara di luar China yang terdampak di antaranya Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa.

“Sebulan lalu kami belum memahami dan belum mendapatkan informasi bahwa penyebaran COVID di negara maju Amerika Serikat dan Eropa demikian cepat, berdasarkan informasi waktu itu, kami memandang pola dampak COVID adalah V shape,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi video di Jakarta, Kamis.

Proyeksi pola V shape itu, kata dia, juga sesuai dengan penilaian baik dari sisi kesehatan dan ekonomi serta keuangan berbagai pihak.

Saat itu, BI memproyeksi dampak COVID-19 akan membuat ekonomi melambat pada Februari dan Maret 2020, kemudian akan mulai meningkat pada Februari dengan durasi enam bulan.

Baca juga: BI siapkan tujuh langkah untuk menjaga stabilitas makro ekonomi

Indikator yang diukur yakni kondisi ekonomi di China sebagai negara asal penyebaran virus itu, perlahan bangkit, baik ekspor yang mulai dilakukan begitu juga dengan kegiatan produksi.

Namun, di belahan dunia lain seperti di Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa, penyeberan virus Corona jenis baru belum berhenti.

“Jika bicara Eropa dan Amerika Serikat, Italia dan sejumlah negara, kami masih melihat penyebaran COVID itu terus berlangsung tentu saja pola V shape itu perlu dilihat kembali, mungkin lebih lama penurunannya,” imbuhnya.

Perry mengatakan kemungkinan wabah itu masih akan berlangsung April hingga sebagian Mei, sejalan dengan pemerintah yang memperpanjang status keadaan tertentu darurat wabah bencana non alam itu selama 91 hari atau hingga Mei 2020.

Baca juga: BI dorong percepatan transmisi penurunan suku bunga kredit perbankan

“Setelah itu pola perkembangannya akan mulai mengalami perbaikan baik kesehatan dan ekonomi,” katanya.

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020