New York (ANTARA) - Wall Street menguat pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), didorong reli saham energi dan teknologi setelah penurunan tajam baru-baru ini karena pembuat kebijakan di seluruh dunia mengambil tindakan darurat lebih lanjut untuk membantu pasar keuangan mengatasi kerusakan ekonomi akibat Virus Corona baru atau COVID-19.

Indeks Dow Jones Industrial Average terangkat 188,27 poin atau 0,95 persen, menjadi ditutup pada 20.087,19 poin. Indeks S&P 500 bertambah 11,29 poin atau 0,47 persen, menjadi berakhir di 2.409,39 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup meningkat 160,73 poin atau 2,30 persen, menjadi 7.150,58 poin.

Saham-saham teknologi utama AS, termasuk Facebook, Amazon, Netflix, dan induks perusahaan Google Alphabet, semuanya ditutup lebih tinggi.

Delapan dari 11 sektor utama S&P 500 meningkat, dengan sektor energi melonjak 4,57 persen, memimpin kenaikan dibantu oleh harga minyak mentah AS yang melonjak hampir 25 persen, rekor kenaikan satu hari terbesar mereka.

Pergerakan pasar mengikuti kekalahan besar di sesi sebelumnya. Dow turun menjadi 19.898,92 pada Rabu (19/3/2020), menandai penutupan pertama di bawah 20.000 sejak Februari 2017. Indeks S&P 500 jatuh ke level terendah sejak Desember 2018.

S&P 500 jatuh tujuh persen pada Rabu sore (18/3/2020), memicu penghentian perdagangan 15 menit kedua minggu ini dan keempat dalam dua minggu.

Baca juga: Dolar menguat tertinggi sejak 2017, dipicu khawatiran ekonomi jatuh

Investor terus mengukur respons Washington terhadap virus corona. Presiden AS Donald Trump pada Rabu (18/3/2020) menandatangani RUU untuk memperluas cuti sakit yang dibayar, meningkatkan asuransi pengangguran, dan memastikan pengujian gratis sebagai tanggapan terhadap wabah COVID-19.

Dalam jumpa pers Gedung Putih pada Selasa (17/3/2020), Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan dia bekerja dengan anggota parlemen mengenai rencana stimulus ekonomi "signifikan", yang mencakup langkah-langkah dukungan untuk usaha kecil, maskapai penerbangan dan hotel, serta potensi pembayaran tunai untuk pekerja Amerika.

Pemerintahan Trump telah mengusulkan paket bantuan total 850 miliar dolar, tetapi diskusi kemudian termasuk pengeluaran sebanyak 1,2 triliun dolar, Bloomberg melaporkan sebelumnya, mengutip orang-orang yang mengetahui masalah ini.

Jumlah kasus COVID-19 di Amerika Serikat telah mencapai 11.000 pada Kamis (19/3/2020), menurut Center for Systems Science and Engineering di Universitas Johns Hopkins.

Awal pekan ini, Trump mengatakan ekonomi AS "mungkin" menuju resesi dan bahwa wabah COVID-19 bisa berlangsung berbulan-bulan.

Baca juga: Harga minyak "rebound" dengan rekor kenaikan satu hari terbesar

Baca juga: BI: Rupiah tertekan akibat turunnya aliran modal asing ke Indonesia





 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020