Jakarta (ANTARA) - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan menilai kesiapan pemerintah dalam menangani COVID-19 dapat membantu perbaikan kinerja nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

"Kesiapan ini akan membuat masyarakat dan pasar lebih optimistis dalam menyikapi perkembangan penanganan COVID-19 di Indonesia di tengah peningkatan kasus," kata Pingkan dalam pernyataan di Jakarta, Selasa.

Pingkan mengatakan langkah pemerintah untuk fokus kepada pembenahan layanan kesehatan dengan menambah peralatan dan kelengkapan medis yang memadai sudah tepat.

Selain itu, menurut dia, pemberian insentif bagi tenaga medis di daerah tanggap darurat maupun penyaluran santunan kepada petugas medis yang meninggal juga layak diapresiasi.

Baca juga: Rupiah menguat seiring sentimen positif bagi aset berisiko

"Perlindungan terhadap tenaga medis juga tidak kalah penting karena mereka berhubungan langsung dengan pasien," katanya.

Meski demikian, ia mengakui pergerakan nilai tukar rupiah yang cenderung melemah juga dipengaruhi oleh aksi pelaku pasar keuangan yang ramai-ramai menjual aset karena khawatir dengan COVID-19.

"Tidak hanya Indonesia, beberapa mata uang negara lain seperti China, Singapura, Malaysia, Korea, India dan Jepang juga mengalami depresiasi terhadap dolar AS," ujarnya.

Baca juga: Rupiah Selasa pagi menguat 85 poin

Ia memastikan kedepan pergerakan rupiah masih akan terus dinamis seiring dengan pergerakan global yang masih diliputi ketidakpastian.

Sebelumnya, pelaku pasar keuangan yang panik dalam menyikapi penyebaran COVID-19 yang makin meluas telah membuat mata uang negara-negara berkembang mengalami perlemahan dalam hitungan minggu.

Mata uang rupiah juga mengalami hal yang serupa, dari posisi pada Senin (2/3) senilai Rp14.375 per dolar AS, makin melemah hingga berada pada Rp16.490 per dolar AS pada Selasa (24/3).
 

Pewarta: Satyagraha
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020