artinya akan terjadi kontraksi jauh lebih rendah dari proyeksi 2020 yang pertumbuhan ekonomi di atas 3 persen
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan Managing Director International Montery Fund (IMF) dalam pertemuan virtual bersama anggota G20 memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini akan negatif.

“Ini artinya akan terjadi kontraksi jauh lebih rendah dari proyeksi 2020 yang pertumbuhan ekonomi di atas 3 persen,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.

Meski demikian, IMF memperkirakan akan ada perbaikan pada 2021 mendatang melalui upaya menjaga stabilitas keuangan dalam memastikan ekonomi tidak terpuruk lebih dalam.

“Oleh sebab itu beberapa bank sentral G20 berinisiatif melakukan kerjasama swap line,” ujarnya.

Financial Stability Board (FSB) juga menekankan otoritas dan institusi keuangan agar lebih fleksibel terhadap aturan internasional yang ada demi memastikan aktifitas keuangan masih berjalan.

Anggota G20 saat ini sudah mengeluarkan nilai stimulus yang sangat besar seperti Jerman dengan tambahan pengeluaran sebesar 132 miliar dolar AS dan menyediakan 812 miliar dolar AS sebagai tambahan jaminan.

Perancis mengeluarkan stimulus 45 miliar dolar AS, Uni Eropa senilai 100,86 miliar dolar AS, dan Amerika Serikat berencana mengeluarkan paket kebijakan senilai 1 triliun dolar AS.

Kemudian, Kanada sudah menerbitkan paket kebijakan sebesar 63,9 miliar dolar AS, Korea Selatan mengeluarkan stimulus senilai 66 miliar dolar AS, serta Australia dengan total stimulus mencapai 109 miliar dolar AS.

Sementara itu, IMF berkomitmen menggunakan lending capacity sebesar 1 trilliun dolar AS, membantu anggotanya melalui pemberian SDR allocation, dan memperluas fasilitas IMF-swap line.

Selanjutnya, Bank Dunia dan Internatonal Finance Corporation (IFC) menyetujui pendanaan sebesar 14 miliar dolar AS dan International Development Association (IBRD/IDA) juga akan menyediakan 6 miliar dolar AS.

Sebagai tambahan, Bank Dunia termasuk IFC dan Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) turut memberikan pendanaan sebanyak 150 miliar dolar AS dalam 15 bulan mendatang.

Tak hanya itu, anggota G20 bekerja sama secara bilateral maupun multilateral untuk melakukan restrukturisasi utang negara miskin agar mereka dapat fokus melawan pandemi.

Anggota G20 turut menyetujui penyusunan G20 joint action plan yang berisi respons kebijakan kolektif negara anggota G20.

Di tataran pemimpin G20 akan ada pembahasan inisiatif baru untuk mengatasi pandemi penyakit infeksi secara global.

Baca juga: IMF perkirakan resesi 2020 sama buruknya dengan krisis keuangan global
Baca juga: Sri Mulyani tak paksakan defisit anggaran di bawah tiga persen
Baca juga: Pemerintah koordinasikan realokasi anggaran daerah tangani COVID-19

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020