Jakarta (ANTARA) - Jepang pada Rabu memulai tugas yang belum pernah dilakukan sebelum ini dalam mengorganisasikan kembali Olimpiade Tokyo setelah keputusan bersejarah dalam menangguhkan acara olahraga terbesar di dunia akibat pandemi virus corona yang sudah mengunci sepertiga planet ini.

Langkah dramatis menggeser Tokyo 2020 ke tahun depan itu tak pernah terjadi dan penangguhan itu mengganggu setiap aspek organisasi ini, termasuk venue, keamanan, tiket dan akomodasi.

'Ini seperti menghabiskan waktu tujuh tahun untuk menyelesaikan teka teki terbesar di dunia, dan hanya karena tinggal satu bagian yang tersisa, itu harus dimulai lagi dengan waktu kurangnya waktu penyelesaian," cuit Craig Spence, juru bicara Komite Paralimpiade Internasional.

Bahkan belum pasti benar kapan penjadwalan kembali Olimpiade ini diumumkan, di mana Komite Olimpiade Internasional menyatakan tanggal baru kemungkinan "di luar tahun 2020 tetapi tidak boleh lebih dari musim panas 2021."

Jepang memandang Olimpiade Tokyo sebagai "Olimpiade Pemulihan" akibat gempa bumi dan tsunami dahsyat pada 2011 serta bencana reaktor nuklir Fukushima.

Penundaan event yang tetap dinamai Tokyo 2020 ini akan menjadi "saksi kalahnya umat manusia dalam melawan virus baru itu," kata Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.

Baca juga: Jepang dan IOC sepakati penundaan Olimpiade Tokyo 2020

Baca juga: Problema besar di balik penundaan Olimpiade Tokyo

Olimpiade ini bisa saja dianggap "harapan dunia selama masa yang sulit ini", dan api Olimpiade "bisa menjadi cahaya di ujung lorong dalam mana dunia menemukan dirinya ada," kata Jepang dan IOC dalam pernyataan bersama.

Bach menyatakan penangguhan ini demi "melindungi kehidupan manusia" ketika sekitar 11.000 atlet dan 90.000 relawan serta ratusan ribu ofisial dari seluruh dunia hadir.

Bintang renang AS, Ryan Lochte, mengaku campur aduk antara kecewa dan lega mendengar Olimpiade ditunda.

"Saya agak sedikit kecewa karena saya sudah berlatih sekuat tenaga dan saya merasa baik sekali," kata peraih 12 medali Olimpiade itu kepada Los Angeles Times.

"Namun semua ini lebih penting dari saya. Ini lebih besar dari Olimpian, ini (virus corona baru) sedang mempengaruhi seluruh dunia saat ini."

Presiden Olimpiade Tokyo 2020 Yoshiro Mori yang berusia 82 tahun menunjuk kepada pertarungannya sendiri dalam penyakit sebagai inspirasi untuk melewati masa-masa sulit.

"Kita tak punya pilihan kecuali harapan. Saya sendiri pernah mengidap kanker... Tapi saya sembuh karena obat baru. Saya di sini untuk tetap hidup. Mari kita berharap untuk semua ini," kata Mori.

Baca juga: Kemenpora ingatkan atlet tetapsemangat meski Olimpiade ditunda

Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2020