Dana darurat
Prita menyarankan untuk membagi pendapatan menjadi tiga, yakni untuk kebutuhan sehari-hari, tabungan serta hiburan.

Di masa seperti ini, sebaiknya alokasikan 70 persen pendapatan untuk kebutuhan sehari-hari --termasuk membeli produk sanitasi untuk menjaga kebersihan-- dan sisanya dimasukkan ke dalam tabungan.

"Untuk playing, jatahnya 0 persen."

Bagaimana dengan orang yang tak punya dana darurat?

Bila punya banyak cicilan, evaluasi lagi mana barang yang memang betul-betul diperlukan. Jika dirasa tidak terlalu penting, lebih baik dijual agar ada pemasukan.

"Kalau kita punya cicilan, artinya belum ada uang untuk membeli barang itu. Kalau tidak ada penghasilan, tidak bisa dipertahankan gaya hidup seperti itu," kata Prita.

Dari sekian banyak cicilan, entah itu motor hingga gawai, ada satu cicilan yang menurut Prita laik dipertahankan dan diperjuangkan: rumah tinggal.

"Kalau ada pinjaman di luar itu bisa dipertimbangkan ulang. Kalau ada uangnya lagi, nanti bisa dibeli lagi."

Masa berdiam diri di rumah jadi kesempatan untuk orang-orang yang selama ini tak sempat atau malas untuk mencatat keuangan mereka. Saat ini banyak aplikasi penunjang yang membuat pencatatan keuangan jadi lebih praktis.

Ia mengingatkan sehat finansial adalah hal yang harus diupayakan sebab tak peduli seberapa besar penghasilan, tanpa ada manajemen yang baik, semuanya bisa "menguap" tak bersisa.

"Jangan lupa bersyukur, bayar zakat, banyak sedekah, mungkin apa yang diperoleh itu berkat doa orang lain, barangkali harus bantu orang lain di sekitar.


Baca juga: Saat wabah corona, jangan berolahraga dalam kondisi begini

Baca juga: Paket dan pakaian bisa sebarkan corona?

Baca juga: Bosan di rumah terus? Coba jalan-jalan pakai Google Arts & Culture

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020