Surabaya (ANTARA) - Tenaga medis di sejumlah rumah sakit dan klinik kesehatan di Kota Surabaya, Jawa Timur, mengeluhkan susahnya mendapatkan masker menyusul tidak adanya ketersediaan masker dan alat pelindung diri (APD) di pasaran sebagai dampak COVID-19.

"Ini jeritan para dokter di klinik dan rumah sakit," kata salah seorang dokter sekaligus Sekretaris Komisi D Bidang Kesra DPRD Surabaya, Dr. Akmarawita Kadir., M.Kes di Surabaya, Rabu.

Menurut dia, hal ini berbahaya karena klinik kesehatan ini juga merupakan salah satu garda terdepan menghadapi kasus COVID-19 ini. "Jangan sampai mereka tutup gara-gara tidak mendapatkan masker dan APD," ujarnya.

Apabila rumah sakit dan klinik tutup atau mengurangi pelayanan karena tidak mendapatkan masker dan APD, lanjut dia, maka akan menyebabkan penumpukan pasien di rumah sakit rujukan. Kalau ini terjadi maka akan menambah permasalahan baru.

"Jangan sampai petugas kesehatan yang merupakan garda terdepan malah rentan tertular COVID-19, siapa nanti yang memeriksa pasien," katanya.

Baca juga: 130 ruang isolasi bagi ODP-PDP COVID-19 disiapkan di Surabaya

Baca juga: Surabaya perbanyak pembuatan sanitizer chamber cegah COVID-19

Baca juga: PDIP Surabaya minta kadernya jalankan panduan taktis cegah COVID-19


Selain itu, kata dia, masker dan cairan pembersih tangan (hand sanitizer) juga sejak lama langka. Meskipun ada harganya juga mahal. Tentunya, menurut dia, hal ini penting sekali ini ditangani dengan serius oleh pemerintah kota agar bisa menekan penyebaran COVID-19.

Ia mengapresiasi langkah Pemkot Surabaya dalam menekan penyebaran COVID-10 seperti halnya membuat bilik sterilisasi, minuman herbal penguat imun, pembelajaran daring di rumah, jaga jarak, pembatasan ruang publik, persiapan rumah sakit darurat, bagi-bagi masker, penyemprotan desinfektan dan program lainnya.

"Tetapi masalah masker dan cairan pembersih tangan (hand sanitizer) sampai sekarang masih belum teratasi, perlu diingat kasus ini sudah sejak Januari," ujar Sekretaris Fraksi Partai Golkar DPRD Surabaya ini.

Selain itu, ia mengapresiasi adanya pembagian masker dan sarung tangan di setiap kelurahan seperti halnya satu kelurahan diberi 10 box masker (500 pcs). Namun, melihat jumlah warga di satu kelurahan banyak maka kemungkinan satu orang hanya mendapatkan satu atau dua masker saja.

"Padahal penggunaan masker itu satu kali pakai harus dibuang dan tidak bisa digunakan lagi, maka keesokan harinya warga tentu tidak punya masker lagi," katanya.

Untuk itu, kata dia, Pemkot Surabaya juga harus memastikan stabilnya kesediaan dan harga masker atau APD di toko alat kesehatan, apotik, dan toko lainnya. Sehingga apa bila maskernya habis, warga bisa dengan mudah membeli.

"Lebih penting rumah sakit atau klinik mudah mendapatkan masker dan APD. Kita tidak mau terulang di Jakarta puluhan tenaga medis tertular COVID-19 dan bahkan ada yang meregang nyawa," katanya.

Untuk itu, ia mendorong untuk Dinas Kesehatan Surabaya turun tangan dengan serius menangani masalah ini, jangan dibiarkan berlarut-larut. "Banyak yang mau menyumbang, dananya sudah ada, tetapi membeli dan mencari APD, masker dan hand sanitizer sangat susah di dapatkan," katanya.

Koordinator Protokol Pemerintahan Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kota Surabaya, Eri Cahyadi sebelumnya mengatakan bahwa semua tenaga medis mendapat pasokan APD yang cukup untuk menangani pasien positif corona.

"APD sudah kami sediakan dan kami pusatkan di RSUD dr Soewandhie. Tenaga medis yang membutuhkannya bisa berkoordinasi dengan satgas atau langsung ke Dinas Kesehatan," katanya.*

Baca juga: Penyemprotan disinfektan dengan drone di Surabaya gandeng komunitas

Baca juga: Bahan penyemprotan disinfektan aman untuk manusia

Baca juga: DPRD Surabaya minta pemerintah siapkan rumah sakit darurat COVID-19

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020