Jakarta (ANTARA) - Manufaktur untuk perangkat iPhone dari Apple Inc di China sudah mulai beroperasi setelah beberapa bulan belakangan terpaksa ditutup akibat wabah virus corona di negara tersebut.

Meski pun sudah buka, perusahaan tersebut harus menghadapi seperti apa daya beli pasar untuk iPhone karena ekonomi melemah akibat pandemi COVID-19 yang meluas ke berbagai negara.

Reuters mengutip sumber anonim, seorang petinggi di pabrik perakitan Apple, permintaan kuartal pertama iPhone turun 18 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Baca juga: Apple buka toko pertengahan April

Baca juga: Apple Siri bisa jawab pertanyaan seputar virus corona


"Sekarang tidak lagi soal tenaga kerja atau kekurangan material (di China), tapi, apakah permintaan dari Amerika Serikat dan Eropa mencukupi," kata dia, sambil menambahkan kedua wilayah tersebut sekarang menjadi fokus penjualan.

Pemasok panel layar untuk Apple juga mengalami keresahan yang sama, mereka semula akan mengirimkan 70 juta display untuk iPhone tahun ini. Tapi, melihat kondisi terakhir, mereka menurunkan target menjadi 58 juta unit.

Mereka juga berencana mengurangi pekerja di pabrik di Vietnam, yang berada di lini produksi untuk Apple.

Sementara itu, produksi untuk ponsel yang bisa terhubung ke jaringan 5G terpaksa ditunda, namun, ada kemungkinan ponsel akan diluncurkan sesuai jadwal pada musim gugur tahun ini.

Apple juga dihadapkan pada masalah rantai pasokan karena beberapa negara, termasuk Malaysia dan Vietnam menerapkan sejumlah pembatasan untuk melawan virus corona.

Baca juga: Apple gandeng Gedung Putih buat aplikasi dan situs web "COVID-19"

Baca juga: Produksi iPhone tertunda akibat "lockdown" di India

Baca juga: Peluncuran iPhone 12 diperkirakan mundur hingga November

Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020