Bandung (ANTARA News) - Diplomasi Indonesia pada abad 21 dihadapkan pada berbagai perubahan dan pergeseran kekuatan dalam lingkungan strategis global dan regional sebagai dampak pada aspek hubungan antar negara.

Pendapat tersebut disampaikan mantan Dubes RI untuk PBB, Nugroho Wisnumurti pada sebuah diskusi publik di kampus Universitas Padjadjaran (Unpad) Jalan Dipatiukur Bandung, Selasa.

Dikatakan, peta kekuatan dunia sedang mengalami transisi menjadi kekuatan nonpolar dimana sistem internasional ini muncul dengan ditandai oleh banyaknya pusat kekuatan yang independen sehingga tidak ada kekuatan yang dominan.

"Pelaku-pelaku dalam sistem nonpolar ini tidak hanya negara, tetapi juga pelaku non negara seperti organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga internasional tertentu," ucapnya.

Perubahan mendasar itu merupakan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan perannya dalam menghadapi berbagai tantangan baik tataran regional maupun global termasuk menghidupkan kembali peran Indonesia sebagi juru damai atau "peacemaker."

Peranan Indonesia sebagai "peacemaker" merupakan panggilan konstitusi yang perlu terus diupayakan jika perdamaian dan keamanan menghadapi tantangan atau ancaman, ujar Nugroho.

Dia menghimbau bangsa Indonesia perlu belajar dari pengalaman di kawasan regional agar Indonesia tidak hanya mencoba-coba menjadi juru damai.

"Indonesia tidak bisa mencoba-coba menjadi `peacemaker? hanya karena tekanan politik dari kalangan tertentu di dalam negeri atau atas permintaan dari salah satu pihak yang bertikai," katanya seraya menambahkan pengalaman menunjukkan peran Indonesia sebagai juru damai lebih berhasil apabila dibatasi pada konflik regional di banding global.

Namun Nugroho optimis dengan meningkatnya citra positif Indonesia di dunia internasional, Indonesia akan terus melanjutkan perannya sebagai juru damai.

Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ke-3 di dunia, cinta damai, dan terkenal dengan Islam moderatnya merupakan citra positif di dunia internasional sehingga memiliki potensi untuk melanjutkan perannya sebagai "peacemaker."(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009