Film Indonesia kini
 
Sineas Aditya Ahmad saat konferensi pers "Saiyo Sakato" beberapa waktu lalu di Jakarta. (ANTARA/Arnidhya Nur Zhafira)


Sepanjang dekade lalu, penikmat film di Indonesia cukup dimanjakan dengan sajian film yang memiliki genre, kisah, dan karakter yang semakin bervariasi.

Mulai dari drama hangat seperti "Keluarga Cemara", drama komedi di "Imperfect", teror dan horor di "Perempuan Tanah Jahanam", hingga bangkitnya pahlawan super lokal "Gundala".

Tak lupa bagaimana pembuat maupun penonton film nasional juga sudah mulai terbuka untuk mengangkat isu sensitif seperti di film "Dua Garis Biru", "27 Steps of May", hingga "Kucumbu Tubuh Indahku".

Baca juga: "Kucumbu Tubuh Indahku" dan "Ambu" wakili Indonesia di Asia Pasifik

Baca juga: Sosok "nekat" Muhammad Khan di mata Rianto sang Penari Lanang


Lebih lanjut, pertumbuhan perfilman Indonesia yang membaik juga ditandai dengan jumlah bioskop yang bertambah, serta munculnya layanan streaming yang menawarkan berbagai film maupun serial original secara legal.

"Dan sekarang dengan adanya layanan on-demand juga semakin membuka ruang dan kesempatan baru buat sineas muda untuk berani berkarya di dunia film," kata Adit.

Menurut dia, banyaknya layanan streaming yang melibatkan pembuat film baru akan semakin menambah keragaman cerita dan gaya dari para sineas ini untuk bersinar dan dikenal oleh sineas nasional lainnya, penikmat film, dan tak menutup kemungkinan untuk berkarya dan diapresiasi di kancah internasional.

"Jadi, pandangan aku pribadi, ini bagus. Aku berharap sih keberanian mereka (sineas muda) berekspresi dan bercerita lewat film juga senada dengan dukungan dari pemerintah," kata Adit.

Baca juga: Corona dan tantangan film Indonesia

Baca juga: Daftar film Indonesia yang sukses adaptasi karya sineas Korea Selatan


Ketika disinggung mengenai rumor dimana pemerintah berniat memblokir salah satu layanan streaming di Indonesia, ia berharap itu tidak terjadi.

Adit mengatakan, bukan hanya sineas yang terdampak, namun penikmat film pun ia nilai akan terbatas wawasan dan pilihan cerita dalam medium film, serta pengalamannya ketika menikmati film di platform lain selain bioskop.

"Banyak alternatif buat nonton film selain di bioskop. Kita sekarang juga bisa menonton serial selain di TV. Sekarang, kita yang memilih sendiri tontonan apa yang menarik, dan itu harusnya memang enggak dibatasi," ujarnya.

Lebih lanjut, Adit berharap, di masa sekarang dan masa depan, Indonesia tidak melewatkan potensi dan kesempatan baik bagi pertumbuhan film nasional dan para pekerja seni di belakangnya.

"Harapannya film Indonesia dan industrinya semakin maju, dan akan lebih banyak pembuat film hebat lainnya dengan banyak kisah yang akan disampaikan untuk banyak orang," pungkasnya.

Baca juga: "Kucumbu Tubuh Indahku" akan tayang lagi di bioskop

Baca juga: Sutradara Terbaik, Garin Nugroho raih Piala Citra untuk pertama kali

Baca juga: Muhammad Khan dedikasikan Piala Citra Aktor Terbaik buat Shahrukh Khan

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020