Borobudur, Jawa Tengah (ANTARA News) - Patung Buddha terkecil dari emas karya Cipto Purnomo (26), pematung yang tergabung dalam Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI), mendapat sertifikat Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Penyerahan sertifikat itu dilakukan Manajer MURI Paulus Pangka kepada Cipto, di halaman Galeri Seni dan Unik Borobudur Indonesia (Gusbi), di Borobudur, Kamis.

Hadir pada kesempatan itu, antara lain, Pimpinan Wihara Mendut Biksu Sri Pannyavaro Mahathera, Pelindung KSBI I Nyoman Ali Mustofa, Kepala Unit Taman Wisata Candi Borobudur Pujo Suwarno, Kepala Balai Konservasi Peninggalan Borobudur Marsis Sutopo, dan Wakil Direktur PT Jamu Jago Griyo Suryono.

Menurut catatan MURI, patung Buddha itu tingginya delapan milimeter, panjang lima milimeter, dan lebar empat milimeter. Patung dari bahan emas seberat 1,13 gram itu tercatat dalam urutan ke 3.661 penghargaan MURI.

"Idenya dari Candi Borobudur, teknik pengerjaan dengan `cukit`, menggunakan jarum yang dibuat menjadi tatah. Butuh waktu satu bulan untuk mengerjakan dengan dana sekitar satu juta rupiah," kata Cipto yang juga pematung di kawasan Pabelan, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, itu.

Patung itu berujud Sang Buddha dengan posisi tangan semadi, seperti halnya patung-patung Buddha yang ada di Candi Borobudur.

Patung itu diserahkan Cipto kepada Pimpinan Gusbi Siswantoro Hadi untuk menambah koleksi tempat wisata penyokong Candi Borobudur yang terletak di kaki Bukit Dagi, sekitar 100 meter sebelah barat Candi Borobudur.

Penyerahan penghargaan juga ditandai dengan prosesi pengusungan karya itu oleh belasan seniman KSBI dari pelataran Zona I Candi Borobudur menuju halaman Gusbi.

Para seniman dengan lumuran tanah liat di tubuhnya melakukan prosesi yang terkesan takzim. Empat seniman lainnya yang mengenakan pakaian adat Jawa motif lurik dengan ikat kepala, "iket", menabuh gong, kendang, jimbe, dan meniup seruling mengiringi prosesi.

Mereka membawa dupa mengiringi langkah Cipto, yang mengenakan selempang kain warna putih dengan kepala bermahkota rangkaian daun.

Patung Buddha terkecil dari emas itu dilekatkan di atas batuan berundak mirip dasar candi yang ditutup dengan kaca berbentuk stupa. Patung itu diusung dengan tandu ukuran kecil oleh dua seniman.

Setelah patung itu diletakkan di atas meja panggung utama, selama beberapa kali terlihat Biksu Pannyavaro dan Nyoman Ali Mustofa, yang juga pematung besar di kawasan Borobudur itu, bergantian menyimak patung itu secara rinci dengan menggunakan lensa pembesar.

"Hari ini Cipto membuat karya besar, tetapi harapannya tentu akan lahir karya-karya besar lainnya pada masa mendatang dari seniman Indonesia. Karya ini memberikan spirit untuk melahirkan karya-karya besar lainnya," kata Nyoman Ali.

Pannyavaro juga menyatakan penghargaannya terhadap karya patung tersebut.

Karya itu, katanya, bukti nyata bahwa generasi muda masih tergugah untuk melestarikan dan mengembangkan budaya luhur bangsa.

"Saya ikut memberikan penghargaan," kata tokoh spiritual bagi umat Buddha itu.

Menurut Paulus, MURI pernah memberikan penghargaan untuk patung Buddha yang terbuat dari bahan korek api, batu candi, dan fiber.

"Kini Cipto telah menciptakan rekor baru," katanya.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009