Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perhubungan (Menhub) Jusman Syafii Djamal membantah bahwa maraknya kecelakaan pesawat udara akhir-akhir ini karena lemahnya pengawasan kepada maskapai.

"Dua kecelakaan terakhir adalah faktor cuaca dan keputusan pilot," katanya kepada pers usai meresmikan Fasilitas Kantor Balai Kesehatan Penerbangan di Jakarta, Kamis.

Sebelumnya, sejumlah anggota Komisi V DPR mendesak pemerintah c.q. Departemen Perhubungan mengevaluasi sistem pengawasan operasional terhadap seluruh maskapai, khususnya yang beroperasi di medan-medan sulit seperti Papua.

Pernyataan itu timbul setelah dua bulan terakhir terjadi dua kecelakaan pesawat yang menewaskan seluruh kru dan penumpangnya yakni Aviastar enam tewas (akhir Maret) dan Mimika Air 11 tewas (17/4).

Menurut Jusman, unsur pengawasn operasional penerbangan itu sudah melekat dan dilakukan oleh regulator, khususnya terhadap kesehatan kru, kelaikan pesawat, info cuaca yang baik dan adanya pengatur lalu lintas udara.

Sementara terhadap kinerja kepatuhan maskapai terhadap unsur keselamatan dan keamanan (safety) sudah dilakukan audit per tiga bulan. "Jadi, dua kejadian terakhir karena faktor cuaca dan keputusan pilot yang kurang tepat," katanya.

Oleh karena itu, Jusman membenarkan penilaian jika maraknya kembali peristiwa kecelakaan pesawat udara tersebut karena tingkat safety maskapai belum menjadi kultur dari SMS.

"Tingkat safety operator belum menjadi bagian dari Safety Management System (SMS)," katanya.

Ditanya bagaimana kualitas pengawasan operasional di daerah-daerah di luar Jakarta, Menhub mengakui, pengawasan operasional biasanya dilakukan oleh administrator bandara dan inspektur penerbangan.

"Ada administrator bandara dan sejumlah inpektur penerbangan di Makassar dan Papua," kata Jusman.

Pengawasan kepada maskapai, tambah Jusman, juga ada, hanya saja tak serutin di beberapa daerah lainnya.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009