Saya harus menjauh dari orang-orang pada periode ini dan mungkin dapat membahayakan orang di rumah. Ini adalah cara yang jauh lebih nyaman untuk melakukannya
Bangkok (ANTARA) - Ketika negara-negara Asia berupaya memperlambat laju infeksi virus corona di antara warganya yang pulang dari luar negeri, fasilitas karantina - mulai dari kamp yang padat hingga hotel mewah - telah mengekspos ketidaksetaraan dalam akses ruang di seluruh wilayah itu.

Hampir 800.000 orang telah terinfeksi di seluruh dunia dan lebih dari 38.800 orang telah meninggal, menurut penghitungan Reuters.

Sementara jutaan orang yang tinggal di daerah kumuh menjalani karantina wilayah di rumah-rumah sempit, pemerintah Asia juga berusaha menampung puluhan ribu pengungsi yang harus dikarantina untuk membatasi infeksi, menggunakan kamp militer, bangsal rumah sakit dan hotel.

"Ketika pemerintah Singapura meminta warga Singapura dan penduduk untuk pulang, kami berpikir bahwa penduduk yang kembali akan membutuhkan akomodasi alternatif," kata Tan Shin Hui, direktur eksekutif Park Hotel Group, yang memungkinkan beberapa kamar hotel mereka digunakan untuk karantina.

"Untuk meminimalkan risiko kesehatan bagi orang yang mereka cintai, melakukan karantina selama 14 hari jauh dari mereka mungkin merupakan cara terbaik," katanya kepada Thomson Reuters Foundation, Rabu.

Singapura, yang telah dipuji oleh Organisasi Kesehatan Dunia karena penanganan pandemi ini, mengharuskan orang yang kembali dari Amerika Serikat dan Inggris untuk melakukan karantina di fasilitas yang ditunjuk dan dibayar penuh.

Karena para tamu tidak dapat meninggalkan kamar mereka, makanan diantarkan ke pintu mereka, dan hotel-hotel menawarkan layanan binatu dan belanja pribadi, kata Tan.

Para tamu diminta untuk melapor kepada pemerintah sekali sehari, dan kamera pengawas dipantau untuk memastikan para tamu tetap berada di kamar mereka.

Marcus Chua, yang ditempatkan di sebuah hotel mewah sekembalinya ke Singapura dari Washington pekan lalu, telah mengunggah foto-foto di media sosial tentang makanannya dan kamarnya yang katanya sangat "Crazy Rich Asians", mengacu pada film terkenal tahun 2018 yang melakukan pengambilan gambar di Singapura.

"Saya harus menjauh dari orang-orang pada periode ini dan mungkin dapat membahayakan orang di rumah. Ini adalah cara yang jauh lebih nyaman untuk melakukannya," katanya.

"Ini juga merupakan ide cemerlang untuk membuat hotel tetap buka yang mungkin harus ditutup dan memberhentikan staf," tambahnya.

Beberapa hotel di Thailand dan Indonesia menawarkan paket karantina 14 hari sehingga para tamu dapat "mengisolasi diri dengan nyaman", dan sebuah hotel di Sydney menawarkan paket Home Away from Home atau Karantina Jauh dari Rumah.

Vietnam mengirim puluhan ribu warga yang pulang ke kamp di mana mereka berbagi kamar dengan 10 hingga 20 orang lainnya, sementara Hong Kong telah menunjuk tiga blok perumahan umum untuk mengkarantina kasus-kasus berisiko tinggi.

Sementara itu, beberapa orang India yang kembali dipaksa untuk melakukan karantina di bangsal isolasi rumah sakit dan fasilitas militer. Mereka telah mengunggah foto-foto dari toilet yang kotor ke daring. Beberapa bahkan melarikan diri dari akomodasi mereka, mengatakan mereka takut terinfeksi.

"Pemerintah sama sekali tidak siap," kata Sanghita Bhattacharyya, seorang spesialis senior di kelompok nirlaba Yayasan Kesehatan Masyarakat India.

"Pandemi telah menunjukkan ketidakcukupan sistem kesehatan masyarakat di negara-negara yang tidak siap untuk menangani jumlah seperti itu, dan harus muncul dengan solusi cepat," katanya.

Sumber: Reuters

Baca juga: IDI: Perlu pengawasan untuk penanganan jenazah COVID-19 di keluarga

Baca juga: 409 positif COVID-19 setelah ikut rapid test di Jabar

Penerjemah: Gusti Nur Cahya Aryani
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020