Jakarta (ANTARA) - Turmamen tenis Wimbledon bakal dibatalkan oleh penyelenggara sehingga untuk pertama kali terjadi sejak Perang Dunia (PD) Kedua turnamen ini dibatalkan, setelah wabah virus corona menciptakan kekacauan dalam kalender olah raga global, lapor AFP yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Pembatalan satu-satunya turnamen lapangan hijau Grand Slam di All England Club itu akan membuat musim kompetisi tenis tahun ini berantakan setelah Prancis Terbuka secara kontroversial diubah jadwalnya sehingga semua event dibatalkan sampai 7 Juni.

Wimbledon sedianya digelar dua pekan mulai 29 Juni di mana Novak Djokovic dan Simona Halep berusaha mempertahankan gelar juara.

Baca juga: Pejabat tenis Jerman klaim Wimbledon akan dibatalkan pekan ini
Baca juga: French Open digeser ke akhir September karena Covid-19


Keputusan ini sudah diduga jauh-jauh hari karena dunia kesulitan membendung penyebaran COVID-19 yang sudah menginfeksi sekitar 840.000 orang seluruh dunia dan sudah menewaskan sekitar 40.000 orang.

Turnamen-turnamen persiapan Wimbledon juga akan otomatis dibatalkan, menyusul pembicaraan Selasa yang melibatkan ketua Wimbledon dan badan-badan penyelenggara tenis.

Penyelenggara menolak menggelar Grand Slam tanpa penonton dan menganggap penundaan hanya akan menciptakan masalah baru.

Baca juga: Laver Cup tetap berlangsung meski French Open ubah jadwal
Baca juga: Bintang tenis WTA sibukkan diri dengan kegiatan pribadi


Juara Wimbledon tiga kali Boris Becker sudah meminta penyelenggara turnamen untuk menunggu waktu lebih lama lagi sebelum mengambil keputusan, sebaliknya mantan petenis putri nomor satu dunia Amelie Mauresmo yang juga juara Wimbledon 2006 menyatakan Wimbledon tahun ini harus dibatalkan.

Pembatalan Wimbledon ini akan membuat Wimbledon tahun lalu menjadi turnamen Grand Slam lapangan hijau terakhir bagi Roger Federer, Serena Williams dan Venus Williams.

Federer dan Serena akan berumur 40 tahun pada 2021, sedangkan Venus akan berusia 41 tahun.

Petenis Amerika John Isner menyebut pembatalan Wimbledon akan menjadi pil pahit, sedangkan Federasi Tenis Prancis memicu kontroversi karena secara sepihak memundurkan jadwal Prancis Terbuka dari semula 24 Mei menjadi 20 September. Ini artinya hanya berselisih satu pekan dari jadwal AS Terbuka.

Baca juga: Federer pamer pukulan trik di Twitter
Baca juga: Federer donasikan 16,5 milyar rupiah untuk keluarga terdampak COVID-19
​​​​​​​
​​​​​​​

 

Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2020