"Patroli sudah berlangsung sejak 27 April kemarin. Tim sebanyak 17 orang yang terdiri atas tujuh orang dari balai TNBBS, tiga orang dari BKSDA, empat orang dari LSM, dan tiga orang dari unsur dinas kehutanan dan kepolisian." Kata Kapolres Lampung Barat, AKBP Muslim Siregar, di Lampung Barat, Sabtu.
Tim gabungan pengendali konflik tersebut secara bergiliran berjaga setiap malam untuk mencegah kawanan gajah kembali masuk ke wilayah tersebut.
Kepala Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Kurnia Rauf mengatakan pengusiran kawanan gajah dari kawasan permukiman penduduk masih dilakukan dengan cara tradisional.
Tim tersebut, lanjut dia, membakar api unggun, menyalakan senter, obor, dan meriam karbit untuk mencegah gajah masuk ke permukiman.
"Tujuh belas orang ini berjaga secara bergantian antara jam 18:00 hingga pukul 06:00 WIB pagi yang juga dibantu warga desa setempat," kata dia.
Kawanan gajah asal TNBBS mengamuk pada 25 April 2009, pukul 04.00 WIB dini hari, dan seorang warga yang mengusir gajah di desa itu tewas terinjak.
Menurut Kurnia, kawanan itu mengamuk karena beberapa dari mereka baru beranak.
"Saat baru memiliki anak, induk gajah akan melakukan apa saja saat merasa anaknya dalam kondisi terancam," katanya.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009
Wajar kalau gajah yang terpinggirkan sekali waktu kangen, rindu pada rumahnya dan kembali pulang kerumahnya. Wajar juga kalau dia mengamuk karena rumahnya dihuni penghuni asing. Kita manusia kemanusiaan kita kan memang tidak lebih dari angka 0,01 persen dari angka 100. Jadi DNA kita (manusia) 99,99 persen sama dengan simpanse. Cukup wajarkah kita berrebut pemukiman dengan gajah atau penghuni hutan?