Samarinda (ANTARA) - Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur menyampaikan hasil survei ekonomi di daerah itu selama Februari-Maret 2020 melalui telekonferensi dengan para wartawan dan berbagai pihak terkait lainnya, guna mencegah penyebaran virus corona baru (COVID-19).

"Rilis dengan memanfaatkan teknologi informasi yang digelar hari ini, sebelumnya sudah kami sampaikan kepada teman-teman wartawan dan instansi lain yang memerlukan data BPS, jadi mereka sudah siap mengikuti dari jauh," ujar Kepala BPS Provinsi Kaltim Anggoro Dwitjahyono di Samarinda, Rabu (1/4).

Sejumlah hasil survei itu, antara lain tentang perkembangan nilai tukar petani Kaltim, ekspor dan impor Kaltim dari dan ke beberapa negara, serta indeks harga konsumen atau yang sering disebut inflasi dan deflasi.

Berdasarkan hasil pemantauan, Kaltim pada Maret 2020 mengalami deflasi (penurunan harga) hingga minus 0,15 persen dengan tingkat inflasi tahun kalender 0,56 persen, sedangkan tingkat inflasi tahun ke tahun 2,19 persen.

Deflasi 0,15 persen tersebut berasal dari dua kota yang telah ditetapkan sebagai patokan indeks harga konsumen (IHK), yakni Samarinda dan Balikpapan yang masing-masing mengalami deflasi 0,15 persen.


Baca juga: Imbas COVID, jumlah wisman ke Kepri turun 43,6 persen

Menurut Anggoro, deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya beberapa indeks kelompok pengeluaran, yakni kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang minus 0,17 persen.



Selain itu, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga dengan deflasi 0,14 persen, kelompok transportasi mengalami penurunan harga cukup tinggi hingga minus 1,46 persen.



Kelompok lainnya menunjukkan peningkatan indeks, yaitu kelompok pakaian dan alas kaki mengalami inflasi 0,03 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga berinflasi 0,04 persen.



Kelompok kesehatan mengalami inflasi 0,21 persen, kelompok rekreasi, olahraga dan budaya 0,18 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran 0,06 persen, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 1,16 persen.



"Kelompok yang cenderung stabil adalah kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan, kemudian kelompok pendidikan. Dua kelompok ini tidak mengalami perubahan harga," katanya.

Baca juga: Bawang bombay picu inflasi Jakarta 0,33 persen

Baca juga: BPS: Inflasi Maret 2020 terkendali

Pewarta: M.Ghofar
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020