Jakarta (ANTARA) - Seiring pandemik virus corona baru, masker bedah menjadi salah satu barang yang diburu masyarakat, tak terkecuali di Seoul, Korea Selatan.

Terkadang barang ini tak tersedia karena stok habis atau jika masih ada, orang-orang perlu antre berjam-jam untuk mendapatkannya.

Baca juga: Prada hingga Gucci buat dan sumbang masker untuk pekerja medis

Di Seoul, mereka yang frustasi karena tak bisa mendapatkan masker terkadang mengeluh kepada apoteker dan beberapa melakukan pelecehan verbal dan fisik.

Untuk mencegah hal serupa kembali terjadi, pemerintah setempat seperti dilansir Yonhap, menerapkan sistem penjatahan masker.

Warga bisa membeli masker sesuai angka terakhir di tahun kelahiran setiap minggu di waktu yang telah ditentukan. Mereka maksimal hanya boleh membeli dua masker seharga 3000 won atau setara Rp39 ribu.

Baca juga: Italia darurat COVID-19, beli masker dibatasi 2-5 lembar per hari

Misalnya, orang yang lahir pada tahun 1981 sampai 1986 dapat membeli masker pada hari Senin, sedangkan mereka yang lahir pada tahun 1982 sampai 1987 dapat membelinya pada hari Selasa.

Warga yang tidak membeli masker di hari kerja bisa beralih ke akhir pekan.

Pada awal penerapan sistem ini, yakni awal Maret lalu, beberapa orang mengaku sempat bingung. Sebagian dari mereka mengantre di hari yang salah, sementara yang lain berusaha membeli masker untuk orang lain padahal ternyata ini tak dibolehkan di bawah sistem baru.

Baca juga: Pabrik aksesoris ponsel beralih sementara buat masker

Orang-orang akhirnya mulai memahami sistem ini setelah tiga minggu sejak masa penerapan sistem pada 9 Maret lalu.

"Pada awalnya, orang-orang berdiri dalam antrean panjang dan mengoceh kepada kami ketika stok habis. Sekarang kami mendapat pasokan sekitar 400 masker setiap hari. Orang-orang bisa mendapatkan masker tanpa antre. Sekarang jauh lebih baik," kata seorang apoteker di Wangsimni, Seoul timur.

Data dari Kementerian Pangan dan Obat-obatan di Korea Selatan menunjukkan, pasokan masker di Seoul meningkat dari 7 juta pada 9 Maret menjadi 12 juta pada 1 April lalu.

Selain meningkatnya pasokan, adanya peningkatan gerakan (lewat jarak jauh) dan sukarela yang mendorong orang tidak membeli masker jika tak membutuhkannya juga tampaknya membantu menstabilkan pasokan.

Baca juga: Corona, Chanel janjikan donasi jutaan dolar dan turut produksi masker

Baca juga: Gojek dapat izin impor masker untuk pengemudi dan donasi

Baca juga: Dior juga mulai produksi masker wajah untuk perangi corona

Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2020